SonoraBangka.id - Diketahui, kehebohan fandom K-Pop menyambut NCT Dream di Indonesia sempat jadi sorotan.
Mereka bergerombol di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang menyambut kedatangan idola.
Kekompakan fandom K-Pop terhadap idolanya tak diragukan lagi, mereka saling berbagi informasi.
Tak peduli latar belakang sesama anggota, mereka tetap saling mendukung satu sama lain.
Hal ini sejalan dengan yang diungkap Hakuhudo Institute of Live and Living ASEAN (HILL ASEAN).
HILL ASEAN menyebut salah satu keunikan fandom adalah kesetaraan alias tak ada diskriminasi.
Sesama anggota, saling menghormati karena terhubung oleh perasaan “suka” yang sama.
Itu sebabnya, dalam penelitian yang dilakukan HILL ASEAN, fandom dianggap ciptakan Matterverse.
“HILL ASEAN menyebut fandom ini sebagai ‘MATTER-VERSE’, sebuah komunitas ideal yang merespon kebutuhan penting masyarakat yang sulit dicapai di dunia nyata,” ungkap Devi Attamimi, Institute Director, HILL ASEAN dan Executive Director Strategy, Hakuhodo International Indonesia, Kamis (19/5).
Menurut HILL ASEAN, kehadiran fandom di ASEAN, termasuk Indonesia bukan hal baru, namun pandemi Covid-19 membuat jumlah orang yang ikut komunitas fandom meningkat signifikan.
Sebab, masyarakat jadi lebih punya banyak waktu di rumah dan mengakses hal yang mereka sukai dan memenuhi afirmasi diri.
Devi menyebut, komunitas fandom di ASEAN merupakan bentuk ‘masyarakat ideal’ atau ‘utopia’ di mana semua anggota sejajar.
Tidak ada hirarki, berkomunikasi dengan bebas, tak memandang usia, jenis kelamin, kebangsaan, atau status ekonomi dan sosial.
“Dapat dikatakan, keragaman dan kesetaraan sungguh diwujudkan dalam komunitas ini sehingga terbentuk hubungan dan solidaritas yang murni tanpa untung atau rugi,” kata Devi.
Selain kesetaraan tadi, keunikan fandom lainnya adalah punya kreativitas, mereka bekerja sama merencanakan sesuatu untuk bersenang-senang bersama.
Lalu menganggap fandom sebagai keluarga kedua, membuat mereka saling percaya dan dapat membantu satu sama lain.
Juga memiliki kekuatan kelompok, dengan memanfaatkan kekuatan bersama untuk memberikan pengaruh terhadap kepentingan fandom dan masyarakat.
Serta merasakan sensasi nyata membuat perbedaan di dunia.
Bukan Mettaverse
Selain keunikan tadi, fandom bagi masyarakat ASEAN merupakan kebutuhan memiliki hubungan atau bersosialisasi dengan orang lain.
Mereka secara aktif berinteraksi dan berbagi informasi di antara sesama anggota komunitas.
Berbeda dengan masyarakat Jepang yang menggunakan fandom untuk bersenang-senang dan mengatasi rasa kesepian atau stres.
Jadi bukan menciptakan mettaverse seperti yang sedang tren belakangan ini, fandom justru menciptakan matter-verse.
Devi menyebut, “Terdapat tiga ‘matters’ atau hal penting yang ingin dipenuhi oleh masyarakat ASEAN melalui fandom.”
Yaitu To Matter, membuat mereka merasa keberadaannya di dunia ini penting
Lalu To have something that matters, yang memungkinkan mereka untuk memiliki atau melakukan sesuatu yang berarti.
Dan yang ketiga adalah To have my hopes that matters fulfilled, memberi ruang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang mereka anggap paling penting.
“Temuan riset ini menjadi bukti bahwa komunitas fandom adalah sebuah utopia dengan tatanan ekonomi dan sosial yang baru,” tambah Devi.
Menariknya lagi, HILL ASEAN juga mengungkap hasil penelitian yang menunjukkan subjek fandom yang paling banyak diikuti di ASEAN selama pandemi.
Jika berdasarkan urutan, fandom yang paling banyak diikuti adalah K-Pop, game, dan memasak.
Secara khusus, urutan subjek fandom terbanyak di Indonesia adalah memasak, game, dan K-Pop.
Selain itu, sekitar 83% masyarakat ASEAN juga mengakui mereka memiliki brand yang sangat disukai dan menjadi fan dari brand tersebut.
Alasannya antara lain karena kualitas produk atau layanan yang baik, adanya nilai emosional, dan didukung komunitas fandom yang tak terbatas.
“Kehadiran fandom dapat menjadi sebuah kesempatan dalam membuka peluang pasar, dengan memanfaatkan karakter konsumen pada brand, menuju ke arah yang lebih baik,” ungkap Irfan Ramli, CEO Hakuhodo International Indonesia.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053293579/bukan-mettaverse-penelitian-ungkap-fandom-ciptakan-matterverse?page=all