Menurut Rob DeSalle, seorang kurator dari Sackler Institute for Comparative Genomics at the American Museum of Natural History, sel-sel tubuh manusia membutuhkan air murni.
Air murni tersebut akhirnya nanti akan disaring di ginjal, kemudian dikirim ke kandung kemih, dan dikeluarkan melalui urine.
Air asin mengandung lebih dari 3 kali jumlah garam yang ada di dalam darah manusia.
Ini artinya, jika kita meminum satu cangkir air asin, kita juga harus minum air murni dengan jumlah yang sama, untuk membantu semua garam keluar dari tubuh.
Sebagian Hewan Bisa Minum Air Asin
Ternyata sebagian hewan bisa meminum air asin, khususnya untuk hewan-hewan yang berada di ekosistem air laut.
Misalnya elang laut dan penguin yang bisa meminum air asin, dan tidak merasa dehidrasi meskipun berminggu-minggu tidak minum air tawar.
Tahukah kamu, elang laut dan penguin memiliki kelenjar garam pada paruh mereka untuk menyaring garam dari air yang ditelan.
Paus, lumba-lumba, dan anjing laut juga memiliki kemampuan penyaringan yang hampir sama untuk bertahan hidup di perairan yang langka air tawar.
Mengapa manusia tidak memiliki sistem penyaringan garam seperti yang dimiliki hewan-hewan tersebut?
Ratusan juta tahun yang lalu, hewan berkembang dengan pesat di wilayah daratan. Sehingga manusia yang hidup di sekitar pesisir laut berpindah ke daratan.
Artinya, manusia mulai beradaptasi untuk minum dan menggunakan lebih banyak air tawar daripada air laut.
Alasannya karena manusia tidak lagi tinggal di sekitar pesisir pantai. Mereka harus memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya.
Itulah mengapa hingga hari ini, organ tubuh dan kebiasaan manusia membuat kita hanya bisa meminum air tawar untuk kebutuhan cairan setiap hari.