SonoraBangka.ID - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi Indonesia masih dalam keadaan cukup baik, meski nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melanjutkan pelemahan.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (5/7/2022), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ditutup pada level Rp 14.993 per dollar AS, atau melemah 0,15 persen dari pembukaan perdagangan hari ini.
Sri Mulyani mengatakan, beberapa indikator ekonomi terutama dari sisi keuangan yakni nilai tukar rupiah, suku bunga atau interest rate, hingga inflasi memang masih dalam keadaan dinamis. Namun, kondisi RI masih cukup baik yang setidaknya tercermin dari neraca transaksi berjalan.
Tercatat neraca transaksi berjalan pada kuartal I-2022 mengalami surplus, melanjutkan kinerja akhir tahun 2021 yang juga suprlus. Hingga akhir Mei 2022 cadangan devisa juga mencapai 135,6 miliar, setara dengan pembiayaan 6 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.
"Beberapa indikator ekonomi, dalam situasi dunia yang seperti sekarang memang masih sangat akan dinamis. Namun Indonesia dari sisi neraca pembayaran, transaksi berjalannya cukup baik," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Selasa (5/7/2022).
Hanya saja, kebijakan Bank Sentral AS yang menaikkan suku bunga acuan dengan agresif, membuat investor lebih tertarik menanamkan dananya di sana. Alhasil banyak aliran dana keluar (capital outflow) dari negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.
"Dalam hal ini capital flow (outflow) barangkali yang terjadi karena dengan interest rate naik di AS, maka kemudian investor mencari aset yang aman atau interest ratenya lebih tinggi,” jelas dia.
Kendati demikian, Sri Mulyani menyatakan, pemerintah akan terus mencermati perkembangan dan indikator sejumlah indikator ekonomi dalam menyusun kebijakan. Dia memastikan, pemerintah akan terus menjaga stabilitas melalui belanja, penerimaan, dan pembiayaan.
“Kalau bicara stabilitas dengan growth, stabilitas tapi sisi inflasi. Kalau inflasinya sisi supply side persoalannya, maka kami bantu dari sisi supply side," kata dia.
"Umpamanya membantu dari sisi kebijakan mengenai perdagangan, investasi, ekspor-impor, distribusi. Karena itu persoalan yang terjadi dari inflasi sekarang ini, namun jika terdapat masalah sisi demand maka kami akan mengelolanya bersama sama,” tambah Sri Mulyani.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu menyatakan, pemerintah akan terus menjaga stabilitas ekonomi melalui inflasi yang terkendali agar daya beli masyarakat tetap terjaga.
Menurutnya, bila dibandingkan dengan negara lain yang mengalami hal serupa, kondisi Indonesia dipastikan masih terjaga dengan baik. Hal ini disebabkan koordinasi yang sangat kuat antara fiskal dan moneter.
Febrio mengatakan, pergerakan rupiah yang melemah bergerak sesuai dengan mekanisme pasar serta kemampuan suatu negara menghasilkan devisa. Ia menilai, kemampuan RI sangat baik dalam menjaga devisa tercermin dari neraca perdagangan yang mengalami suprlus selama 25 bulan beturut-turut.
“Selain itu, di tahun ini kita memilki current account (neraca transaksi berjalan) surplus, di situ kita mendapatkan cadangan devisa. Cadangan devisa kita tinggi sekali dibandingkan beberapa kekhawatiran yang sering terjadi," jelasnya.
Di sisi lain, komponen penyumbang cadangan devisa juga meningkat, yang disumbang dari masuknya aliran modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dengan tren yang meningkat meski di tengah tantangan pandemi Covid-19. Hal itu disebabkan kondisi makro ekonomi dalam negeri yang relatif terjaga.
“Banyak negara mungkin tidak memiliki kondisi sestabil Indonesia. Jadi kita punya modal, namun tetap harus hati-hati dan terus menjaga stabilitas ini ke depan," pungkas Febrio.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rupiah Nyaris Rp 15.000 per Dollar AS, Sri Mulyani Pastikan Ekonomi RI Tetap Terjaga", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2022/07/06/053600326/rupiah-nyaris-rp-15.000-per-dollar-as-sri-mulyani-pastikan-ekonomi-ri-tetap?page=all#page2.