Selain itu, Intel juga menjalin kemitraan dengan perusahaan semikonduktor lain, seperti MediaTek untuk memproduksi chip.
Bicara soal chip, dalam kesempatan yang sama Intel juga mengungkap strategi mereka dalam menghadapi kelangkaan chip dunia.
Steve mengatakan, tantangan ini setidaknya akan dihadapi hingga 2024 mendatang, khususnya untuk kapasitas foundry dan ketersediaan tools.
Dalam menghadapi kondisi ini, Steve mengatakan bahwa Intel sendiri tengah bangkit. Intel membutuhkan rantai pasokan yang beragam dan seimbang secara geografis.
"Kabar baiknya, Intel bersama berbagai pihak lain di industri semikonduktor sedang meningkatkan dan memperluas produksi dengan cepat untuk memenuhi permintaan," ungkap Steve.
Dalam upaya ini, Intel berinvestasi sebesar 20 miliar dollar AS atau sekitara Rp 304 triliun untuk pabrik di wilayah Arizona, AS. Investasi dengan jumlah yang sama juga ditambahkan di lokasi baru yakni Ohio untuk memperluas kapasitas produksi.
Di Asia, Intel juga mengembangkan fasilitas di wilayah Malaysia dan Vietnam. Menurut Steve, pabrik di Vietnam ini juga membantu perusahaan mengurangi kendala rantai pasokan semikonduktor global.
"Berkat pendekatan inovatif untuk memproses substrat. Hal ini memungkinkan kami mengirim jutaan unit tambahan produksi chip selama setahun terkahir," kata Steve.
Dengan begitu, menurut Steve, Intel dapat memenuhi permintaan pelanggan meski kondisi global tengah kekurangan pasokan komponen.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Intel Bicara soal Investasi di Indonesia dan Strategi Hadapi Kelangkaan Chip", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2022/10/06/19000047/intel-bicara-soal-investasi-di-indonesia-dan-strategi-hadapi-kelangkaan-chip?page=all#page2.