Dari ratusan juta data yang dikatakan bocor, ada sekitar 130.000 nomor telepon yang milik pengguna WhatsApp asal Indonesia.
Selain itu, ada pula data 32 juta pengguna WhatsApp dari Amerika Serikat, Mesir (45 juta), Italia (35 juta), Arab Saudi (29 juta), Perancis (20 juta), Turkiye (20 juta), Rusia (10 juta), dan Inggris (11 juta).
Harga data dari masing-masing negara dibanderol berbeda. Data pengguna WhatsApp dari AS dijual 7.000 dollar AS (sekitar Rp 109 juta), data pengguna Inggris dijual 2.500 dollar AS (sekitar Rp 39 juta), dan Jerman 2.000 dollar AS (sekitar Rp 31,3 juta).
Penjual mengeklaim data yang diduga bocor dan dijual di internet ini valid dan milik pengguna WhatsApp yang masih aktif. Cyber News kemudian mencoba memvalidasi sampe data yang didapat dari penjual.
Hasilnya, nomor tersebut diduga benar milik pengguna WhatsApp yang masih aktif. Hal itu dibuktikan dengan keterangan "this phone number is on WhatsApp" (nomor ponsel ini menggunakan WhatsApp). Keterangan semacam itu biasanya muncul setelah menyimpan nomor telepon ke kontak.
Penjual data, yang teridentifikasi dengan pengguna bernama "Agency123456", tidak menjelaskan bagaimana dia mendapatkan database pengguna WhatsApp dari berbagai negara.
Namun, ada kemungkinan data diperoleh dengan teknik scraping atau memanen data dalam skala besar dari sebuah website. Sebab, sebagian besar kasus jual-beli data yang diunggah online, biasanya mendapatkan database dari metode scraping.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Meta Bantah Data Pengguna WhatsApp Bocor dan Dijual Online ", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2022/11/28/18060007/meta-bantah-data-pengguna-whatsapp-bocor-dan-dijual-online-?page=all#page2.