SonoraBangka.id - Pernikahan merupakan satu hal yang penting dan banyak diimpikan oleh setiap manusia.
Ya, menikah adalah salah satu tujuan dalam hubungan perempuan dan laki-laki.
Bahkan di Indonesia sendiri, perkara menikah bisa jadi urusan publik.
Anda mungkin sudah tak asing dengan pertanyaan "Kapan nikah?", terlebih bagi perempuan yang sudah dewasa dan berusia matang.
Namun, sesungguhnya pernikahan bukanlah akhir dari segala permasalahan.
Setiap orang pasti menginginkan pernikahan yang bahagia dan tanpa masalah. Akan tetapi, siapa sangka pernikahan juga bisa memiliki dampak pada individunya, terutama pada perempuan.
Tak sedikit perempuan yang pergi ke psikiater atau psikolog dengan masalah kesehatan mental yang dipicu oleh konflik dan pelecehan (emosional, finansial, dan fisik) dalam pernikahan.
Sering kali, mereka datang dengan tanda-tanda kecemasan dan depresi, tetapi terkadang mereka kewalahan oleh semua perubahan dan kejutan yang dibawa oleh pernikahan.
Meskipun diketahui bahwa penyalahgunaan dalam bentuk apa pun mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mental, Dr Sabina Rao, psikiater di Sakra World Hospital, Bangalore, menunjukkan bahwa perubahan mendadak pada faktor pribadi dan lingkungan juga dapat memengaruhi kesehatan mental perempuan.
Sama seperti keputusan lain yang berdampak pada kehidupan, memilih untuk menjadi bagian dari pernikahan merupakan hal yang menyenangkan sekaligus menantang.
Sementara di satu sisi membawa serta semua kegembiraan kemitraan, di sisi lain, itu datang dengan tantangan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, keluarga baru dan dalam banyak kasus perempuan yang belum pernah tinggal jauh dari rumah sebelum menikah harus pindah ke kota baru bersama suaminya.
"Tekanan dan tuntutan untuk menyesuaikan diri pada perempuan jelas lebih tinggi. Pernikahan atau komitmen baru sering kali berarti lebih banyak faktor asing bagi perempuan daripada pria di India," kata konselor yang berbasis di Bangalore, Simi Mathew, seperti dikutip dari White Swan Foundation.