Lebih dari itu apa pun alasannya, kata Sthepani, berbohong kepada anak tidak memberikan dampak baik sedikit pun.
Sebaliknya, bila sering berbohong, sebenarnya kita sedang membentuk monster dalam diri anak.
“Anak itu belajar dari lingkungannya. Ketika ia mengetahui orang tua berbohong, anak belajar tentang kebohongan sehingga dia jadi pembohong atau dia jadi sulit untuk percaya pada orang lain. Jadi punya trust issue,” jelasnya.
Nah, daripada berbohong, ajak saja anak berdialog dengan mengatakan yang sebenarnya, dengan penjelasan yang kira-kira bisa dipahami sesuai usia anak.
Misal, “Mama mau pergi dan Adek enggak bisa ikut. Di sana Adek enggak bisa bermain karena tempatnya orang besar semua, jadi Adek lebih baik di rumah, di sini bisa main.”
Beri tahu anak hal yang membuatnya akan lebih tertarik kalau dirinya ditinggal.
Kata Stephani, “Kasih tahu juga, saat ditinggal, kemungkinan apa saja yang bisa dilakukan. Jadi mengajarkan anak untuk bisa meregulasi ketidaksukaannya kalau ibunya suka pergi.”
Misal, ”Ade bukannya lagi pengin menggambar? Nah, nanti Adek bisa menggambar ditemani Kakak di rumah.”
Meskipun repot di awal, cara ini berguna melatih anak untuk mengontrol diri mengelola keinginannya sehingga tidak menjadi pribadi yang implusif. Yuk, mulai sekarang berhenti berbohong kepada anak.
Dampak Berbohong kepada Anak
1. Anak merasa tidak ada kepastian dan menjadi pencemas.
2. Anak jadi sulit percaya pada orang lain dan merasa tidak terikat dengan orang tuanya.
3. Anak jadi pembohong termasuk kepada orang tuanya.
4. Semakin sering anak berbohong, anak semakin siap melakukan kegiatan yang melanggar aturan.
5. Anak jad antisosial, sulit mengikuti norma sosial yang berlaku, contoh ekstremnya, melakukan korupsi.
Nah, semoga info ini bermanfaat ya!
https://nova.grid.id/read/053629238/anak-bisa-jadi-monster-stop-membohongi-anak-dengan-alasan-apa-pun?page=all