Dua anak menyaksikan proses pemakaman di lahan baru khusus Covid-19 di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (27/7/2021). Proses pemakaman tersebut menjadi tontonan warga tanpa mengindahkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak.
Dua anak menyaksikan proses pemakaman di lahan baru khusus Covid-19 di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (27/7/2021). Proses pemakaman tersebut menjadi tontonan warga tanpa mengindahkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan menjaga jarak. ( KOMPAS/PRIYOMBODO)

Dampak Bencana Trauma Anak Bisa Sampai Dewasa, Mau Tahu cara Mengatasinya?

27 Desember 2022 09:57 WIB

SonoraBangka.id - Tak peduli tua, muda, anak-anak, semua bisa jadi korban dari bencana, seperti yang belum lama ini terjadi, yaitu gempa di Cianjur dan erupsi gunung Semeru.

Ya, bencana alam bisa terjadi kapan saja, di mana saja.

Selain menyebabkan kerugian materiel dan gangguan kesehatan bagi para korbannya, bencana alam juga dapat memberikan efek psikologis bagi para penyintas khususnya anak-anak, lantaran mereka masih punya keterbatasan dalam memahami sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

Berikut ini Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi, Psikolog, psikolog dari Universitas Islam Bandung (UNISBA) memberikan kiat-kiat yang bisa kita lakukan  sebagai orang tua atau orang dewasa agar anak bangkit dan pulih setelah mengalami bencana. Apa saja?

1. Mitigasi bencana

Letak Indonesia berada dalam garis Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire yang rawan bencana. Dengan kondisi itu, suka atau tidak suka kita dituntut untuk siap dengan bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Karena itu penting untuk mengajarkan anak-anak mitigasi bencana. Selain membantu mereka menyelamatkan diri saat terjadi bencana, hal ini juga bisa mengurangi trauma yang mungkin bisa terjadi saat mereka menjadi penyintas bencana alam. Caranya?

“Dijelaskan dengan konkret kepada anak, apa bencana yang mungkin terjadi. Kalau longsor, kita sampaikan longsor itu apa, gempa kejadiannya seperti apa. Misal ada gerakan di tanah, ada benda bergerak, barang berjatuhan, berarti itu gempa,” jelas Stephani.

Sederhana saja, kita bisa mengajarkan anak dengan melakukan simulasi apa yang bisa dilakukan saat terjadi bencana, hingga mengenalkan jalur evakuasi dan sebagainya.

2. Tetap tenang

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm