SONORABANGKA.ID - Adalah Populasi mobil transmisi matik beberapa tahun belakangan meningkat cukup signifikan di Indonesia. Pemilik mobil kini lebih mempertimbangkan faktor kenyamanan dan kemudahan untuk mobilitas harian yang padat lewat mobil matik.
Tapi, faktanya masih ada pertimbangan lain bagi konsumen ketika mau beli mobil dalam hal pilihan transmisi, terutama di daerah bukan kota-kota besar. Beberapa perhitungan yang dilakukan meliputi, biaya perawatan, kemampuan jelajah, dan efisiensi bahan bakar.
Perawatan mobil matik dianggap lebih mahal dibandingkan transmisi manual. Pemikiran itu menurut sebagian orang dikarenakan bujet perawatan rutin dan biaya perbaikan yang besar kalau sampai rusak.
Lantas, apakah hal itu tetap demikian adanya?
Kepala Bengkel Nasmoco Janti Yogyakarta Bambang Sri Haryanto mengtakan, perawatan rutin mobil matik malah bisa dihitung keseluruhan membutuhkan bujet yang lebih murah.
"Ganti oli transmisi matik 20.000 kilometer. Bujet untuk servis juga total kurang lebih sama seperti mobil manual saat ganti oli transmisi. Tapi, ada komponen kopling yang waktu pergantiannya lebih cepat di manual," kata Bambang.
Tapi, memang untuk perbaikan besar seperti pergantian kopling dan sebagainya, mobil matik terbilang lebih mahal.
Walau demikian, banyak yang beranggapan transmisi manual lebih sensitif terutama di medan yang ekstrem. Mobil matik dianggap unggul karena faktor kemudahan operasional.
Menurut Bambang, pengoperasian mobil matik lebih mudah dan aman untuk pemula. Pada transmisi manual, risikonya besar yaitu mobil bisa meluncur hingga kampas kopling habis terbakar.
"Mobil manual butuh jam terbang. Kaitannya skill matang dan refleks perpindahan (pedal) gas, rem, dan kopling. Salah atau terlambat, mobil bisa menabrak kendaraan lainnya. Atau kampas kopling terbakar bila salah melepas pedal kopling," terangnya.