Kalau berbicara kasus yang banyak dikeluhkan, Bambang menilai, lima tahun pemakaian pertama kerusakan pada transmisi lebih banyak dialami mobil manual. Mobil matik cenderung aman dan cuma rutin melakukan perawatan berkala yang telah terjadwal.
"Lima tahun awal, ada sejumlah mobil manual yang ganti kopling 2 kali. Tapi, di mobil matik, tanda-tanda kerusakan apapun seperti slip transmisi dan sebagainya belum ada," kata Bambang.
Pemilik Bengkel Worner Matic Hermas E Prabowo menjelaskan, mobil matik generasi terbaru saat ini telah dilengkapi konverter tenaga dan torsi yang canggih. Pengaruhnya besar terutama untuk efisiensi bahan bakar.
"Selain BBM irit, komponen konverter itu membuat mekanikal di transmisi juga lebih terlindungi. Tenaga yang besar di girboks bisa terbagi ke masing-masing komponen. Ada semacam realese yang fungsinya untuk membagi sama rata," sebut Andika.
Model CVT yang kebanyakan digunakan mobil baru di Indonesia diklaim juga mendukung, bebas perawatan dan daya tahan baik untuk segala medan.
Menurut Hermas, perpindahan gigi transmisi matik CVT terkenal halus dan sistem pengaturan ECU transmisi matik membantu eco driving.
"Kombinasi gigi tepat. ECU pintar untuk menyesuaikan sesuai kebutuhan pengemudi. Beda matik model 2000-an yang konvensional. Perawatan juga mudah dan murah. Ganti oli enggak ribet. Mobil lawas kan ganti oli matik, ada flushing. Repot kalau telat," ujar Hermas.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Benarkah Perawatan Mobil Matik Lebih Mahal ketimbang Manual?", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2023/01/21/082200415/benarkah-perawatan-mobil-matik-lebih-mahal-ketimbang-manual?page=all#page2.