Ternyata, keberadaan Bangka Pos tidak hanya sekedar memberi informasi ke khalayak ramai hingga ke pelosok pedesaan di Bangka Belitung, tapi sejarah mencatat, bahwa keberadaan harian Bangka Pos sangat berkontribusi terhadap perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bangka Pos dengan berani membuat tagline setiap terbitnya dengan kalimat “YUK KITE PUNYE PROVINSI”. Ini tentunya “provokasi” luar biasa sehingga masyarakat Kepulauan Bangka Belitung kompak bersatu padu berjuang untuk menjadikan Bangka Belitung Provinsi sendiri, berpisah dari Sumatera Selatan.
Bangka Pos yang didirikan pada tahun 1999 ini memiliki peran sangat penting sebagai media informasi dan agitasi dalam perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Keberadaan Bangka Pos memang tidak lepas dari peran dan kasihnya seorang Pastor bernama FX Hendrawinata. Menurut Daryono, sosok Pastor Hendra jasanya dalam pendirian dan keberadaan Bangka Pos tidak pernah bisa dilupakan. “Saat Bangka Pos berdiri, belum ada karyawan dan wartawan, baru ada saya dan Eddy Jajang. Jadi kita ambil dari kantor di wilayah Palembang dan Jakarta. Nah mereka ini naik kapal laut dan berlabuh di Pangkalbalam. Pastor Hendra-lah yang menjemput dan melayani karyawan dan wartawan Bangka Pos. Beliau benar-benar sosok yang tidak hanya berinisiatif dalam ide, tapi juga turun ke lapangan” cerita Daryono kepada penulis melalui telepon. Daryono adalah Pemimpin Perusahaan Bangka Pos (1999-2000) yang sekarang menetap di Yogyakarta.
Selain itu, peran Pastor Hendra menurut Daryono memperkenalkan karyawan dan wartawan Bangka Pos kepada tokoh-tokoh di Bangka Belitung. “Saya masih ingat, kami dikenal kepada Pak Amung Tjandra, tokoh senior pejuang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” ungkap Daryono. Setelah Bangka Pos berdiri, sosok Pastor Hendra tidaklah masuk dalam struktur perusahaan, namun beliau hanya sebagai sahabat atau patner sekaligus orangtua bagi Bangka Pos. “Beliau itu sangat tulus dan penuh kasih. Kalau pas Ulang Tahun Bangka Pos, beliau kita undang, paling beliau mintanya kaos Bangka Pos” kenang Daryono lagi.
Ketulusan yang bermuara dari cinta kasih memang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari Pastor Hendra yang akrab Penulis sapa Romo Hendra. Persahabatan maupun gaya komunikasi beliau begitu baik dan penuh kesantunan.
4 Stasiun Radio
Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung sangatlah tidak asing lagi dengan radio Prima, Palupi, Sonora dan Motion. 4 stasiun radio ini setiap saat menemani kehidupan masyarakat melalui udara di Pulau Bangka khususnya. Tidak tidak banyak yang tahu, bahwa keberadaan 4 stasiun radio yang masih terus mengudara sampai hari ini tidak lepas dari peran Pastor Hendrawinata.
General Manager Business Bangka Pos sekaligus banyak mengurus ke 4 stasiun Radio tersebut, Vivi Calvella, mengungkapkan bahwa masih mengudaranya 4 stasiun Radio ini tidak lepas dari peran Pastor Hendrawinata.
“Awalnya diluar dugaan, dalam pandangan saya seorang Pastor itu hanya pada wilayah agama dan tidak paham bisnis. Tapi setelah melihat dan bergaul dengan Pastor Hendra, ternyata beliau sangat memahami dunia bisnis. Beliau ini sosok yang luar biasa. Kami pernah ingin menutup salah satu radio tersebut, tapi Pastor Hendra-lah yang menahan dan memberikan jalan keluar” cerita Vivi Calvella kepada Penulis.
Sama halnya dengan Bangka Pos, kepada Penulis, Vivi Calvella mengungkapkan bahwa kontribusi Pastor Hendra dalam pendirian dan pengembangan 4 stasiun radio ini sangatlah besar. “Tapi beliau itu tidak pernah merasa berjasa. Orangnya sederhana banget dan humble” kenang Vivi.
Sosok Pastor yang Melayani & Bersahaja
Mengenal dan bergaul dengan Pastor Hendra, kita akan menemukan cinta kasih yang sangat luar biasa. Sosoknya yang ramah, tidak menggurui, merangkul dan melayani. Setiap bertemu, beliau selalu menyapa duluan dan menghampiri. Tidak merasa paling alim atau menganggap diri harus dihormati karena diri adalah Tokoh Agama.
Vivi Calvella menceritakan bahwa walau Pastor Hendra adalah Tokoh Agama Katolik dan dirinya adalah Kristen Protestan, tapi hubungan mereka sangatlah baik dan harmoni. “Beliau itu sangat humble, sederhana dan melayani. Kalau lama tidak komunikasi, biasanya beliau telpon saya: “Vi, gimana kabar? Kapan ajak aku makan?” itu yang selalu saya ingat”.
Selain itu, kesederhanaan dan kesahajaan Pastor Hendra sangat membekas dikalangan umat Katolik dan orang-orang yang mengenalnya. Walau diri memiliki jabatan di Gereja, Komisaris diberbagai Perusahaan, seperti di Radio, di Rumah Sakit, Toko Buku Gramedia Pangkalpinang dan lain sebagainya, tapi hidupnya sangatlah sederhana. Kemana-mana selalu pakai vespa.
Penulis sepakat dengan apa yang diungkapkan Vivi Calvella, bahwa setidaknya ada 3 pelajaran yang kita petik selama mengenal Pastor Hendrawinata, yaitu: Mengasihi, Humbel dan Sederhana. “Kalau sama beliau, kita ini jadi interospeksi diri, malu hidup berlebihan. Beliau itu memiliki jabatan dalam beberapa perusahaan, tapi gaya hidupnya sederhana banget. Jadi bagi saya sosok Romo Hendra itu sosok yang benar-benar jadi teladan” kenang Vivi.
Menjaga Harmoni dalam Perbedaan
Hidup harmoni dalam keragaman adalah anugerah dan keindahan yang tidak boleh hilang ditengah masyarakat kita, terutama masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini harus kita jaga dan kita warisi kepada anak dan cucu kita semua. Sebab, tanpa keharmonisan, maka tidak akan ada kenyamanan dan ketenangan, apalagi kebahagiaan.
Pergaulan Penulis bersama Pastor Hendra (biasa penulis sapa Romo Hendra), menjadi salah satu kisah yang asyik dan bahagia bahwa perbedaan agama bukanlah halangan untuk menjalin persahabatan. Ketika Pastor Hendra merayakan Natal, Penulis memberikan ucapan. Pun demikian, ketika beliau ada kegiatan, seringkali Penulis diundang. Ketika Penulis merayakan Idul Fitri maupun Maulid Nabi Muhammad SAW, beliau datang menyambangi.
Jumat, 10/03/2023, saat memperingati 1 tahun wafatnya Amung Tjandra, setelah Kebaktian dan doa para Jamaah Katolik di halaman kediaman Amung Tjandra, Penulis diminta memberikan sambutan. Dalam sambutan tersebut, Penulis tidak hanya menceritakan tentang keteladanan sosok Amung Tjandra, namun juga Pastor Hendrawinata dan Mgr. Hilarius Mua Nurak. Dihadapan umat Katolik yang hadir, Penulis menceritakan bagaimana keragaman adalah teladan yang telah diberikan oleh para tokoh di negeri ini. Sebagai sesama umat manusia, sesama anak Indonesia, sesama masyarakat Bangka Belitung, tidak ada satupun yang boleh memecah belah kebersaman kita dalam menjaga keharmonisan ini. Penulis memberikan beberapa cerita keteladanan Amung Tjandra, Mgr. Hilarius Mua Nurak dan Pastor Hendra selama pergaulan yang penuh cinta kasih.
Sejak Paskah tahun 2021, kondisi kesehatan Pastor Hendra sudah mulai menurun. Tekanan darah tidak normal, sehingga beliau sempat dibawa berobat ke Jakarta. Lantas beliau kembali ke Pangkalpinang dan pada hari Sabtu, 31 Juli 2021, tepat jam 01.09 WIB, Pastor Hendra menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 72 tahun di Rumah Sakit Kalbu Intan Medika (KIM). Jenazahnya disemayamkan di Gereja Katedral Pangkalpinang dan dimakamkan di Pemakaman Katolik di Jalan Koba.
Selamat jalan sahabat, FX Hendrawinata. Semoga Tuhan memberkatimu….(*)