Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
LEBIH suka menunggangi vespa, walau memiliki fasilitas mobil. Beliau sosok yang santun, lembut dan memiliki peran dalam berdirinya Koran Bangka Pos dan 4 stasiun Radio (Sonora, Palupi, Motion dan Prima) di Bangka Belitung.
SEKITAR tahun 2008/2009 Penulis mengenal dan awal bercengkerama dengan sosok ini. Beliau adalah seorang Pastor yang memiliki karakter pergaulan yang luas dan penuh kasih. Pastor bertubuh tambun, suaranya lembut, santun dan penuh persahabatan. Awal mengenal beliau ketika Penulis sering datang ke Keuskupan di Pangkalpinang, silaturrahmi dan diskusi dengan Mgr. Hilarius Moa Nurak. Dengan Mgr. Hilarius Moa Nurak yang sudah saya kenal sejak lama, yakni ketika saya masih kuliah di Kota Malang Jawa Timur.
R.D. Fransiskus Xaverius (FX) Hendrawinata, Pr. adalah Pastor senior yang pernah ada di Kota Pangkalpinang. Beliau akrab disapa Pastor Hendra, dikenal memiliki watak yang sangat disiplin, tepat waktu alias selalu on time. Sosoknya mudah akrab karena sangat ramah dan merangkul semua kalangan. Pastor Hendra lahir di Pangkalpinang 22 Juli 1949 dengan terlahir nama Tjen Hian Hauw. Ia merupakan anak sulung dari pasangan Yohanes Fauzi Zen (Tjen Jung Fa) dan Lusia Inawati (Tjia Jauw). Semasa sekolah, kawan-kawannya memanggil dengan sapaan “Tjen”. Pemilik motto tahbisan “Kesukaanku menjalankan kehendak-Mu, ya Tuhanku” (Mz.40,9) ini ditahbiskan di Gereja Katedral St. Yosef Pangkalpinang, 14 Desember 1975. Pastor Hendra adalah Vikaris Jenderal Gereja Katolik Roma untuk Keuskupan Pangkalpinang paling lama, yakni sejak tahun 1993 — 2015.
Pastor Hendra mengawali pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak (TK) di Budi Mulia selanjutnya melanjutkan Sekolah Dasar (SD) di Budi Mulia hanya sampai kelas 1. Sekolah Dasar-nya dilanjutkan di Palembang, yaitu di SD Xaverius 1 Palembang. Setamat dari SD, ia melanjutkan SMP dan SMA Xaverius 1. Beliau begitu taat dalam menjalani dan mempelajari agama Katolik. Selepas SMA, Hendra mengambil pendidikan Retorika Seminar Menenang St. Paulus Palembang. Tak sampai disitu, ia juga mengambil pendidikan Studi Filsafat Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan Yogyakarta dari tahun 1969 — 1970. Selesai di Yogyakarta, Hendra melanjutkan pendidikannya di Studi Filsafat dan Teologi Universitas Parahyangan Bandung (1970 — 1974). Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1990 — 1993, Hendra melanjutkan pendidikan di luar negeri, tepatnya Studi Misiologi Universitas Urbaniana Roma.
Riwayat hidup dan pekerjaan Pastor Hendra tidak pernah lepas dari pengabdiannya pada agama yang dianut, yaitu Katolik. Seluruh hidupnya ia peruntukkan pada Tuhan, hingga ajal menjemput. Pada tahun 1979, Pastor Hendra sudah menjadi Penghubung KWI Kerasulan Awam untuk Keuskupan Pangkalpinang. Sejak tahun 1982, mulailah beliau menjadi Pastor Pembantu Santa Maria Tak Bernoda di Tanjung Pinang Riau. Pada tahun 1984, Hendra pun resmi menjadi Pastor Santa Maria Tak Bernoda Tanjung Pinang Riau. Pada tahun 1987, Pastor Hendra diangkat menjadi Consultores.
1993, Pastor Hendra mulai berkiprah lagi di Pangkalpinang, ia menjadi Pastor Paroki Katedral Santo Yosef Pangkalpinang. Selanjutnya dalam berbagai catatan yang penulis dapatkan, Pastor Hendra memiliki banyak amanah dalam melayani, seperti: Anggota Dewan Pastoral Keuskupan Pangkal Pinang (1994-1997). Vikaris jenderal Keuskupan Pangkal Pinang (1993-2015). Wakil Ketua Dewan Pastoral Keuskupan Pangkal Pinang (1995). Tim Sosialisasi KBG Keuskupan Pangkal Pinang (1995-1999). Direktur KKI Keuskupan Pangkal Pinang (1996-2013). Pastor Paroki Katedral Santo Yosef Pangkal Pinang (1997-2000). Delegatus Komisi Komsos Keuskupan Pangkal Pinang (1998). Dewan Imam Keuskupan Pangkal Pinang (2000-2003). Wakil Ketua Dewan Pastoral Keuskupan Pangkal Pinang (2000-2003). Dewan Penasehat Keuskupan Pangkal Pinang (2000-2005). Anggota Pembina Yayasan Tuna Karya (2001-2004). Pjs. Pastor Paroki St Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Kuto Panji, Belinyu (2003). Koordinator Umum Evaluasi Sinode Keuskupan Pangkal Pinang (2000). Anggota Dewan Imam Keuskupan Pangkal Pinang (2005-2008).
Anggota Pembina Yayasan Tuna Karya (2001-2004). Pjs. Pastor Paroki St Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda Kuto Panji, Belinyu (2003). Koordinator Umum Evaluasi Sinode Keuskupan Pangkal Pinang (2000). Anggota Dewan Imam Keuskupan Pangkal Pinang (2005-2008).
Peran Dalam Pendirian Bangka Pos
Sebelum terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, membaca koran bagi masyarakat Bangka Belitung adalah sesuatu yang mewah, sebab disini belum berdiri Koran resmi seperti sekarang ini. Melihat kenyataan tersebut, terbersit dalam pikiran Pastor Hendra di tanah kelahirannya ada Koran yang bisa dinikmati oleh seluruh elemen masyarakat hingga ke pelosok Desa. Akhirnya, Pastor Hendra pun berinsiatif mengusulkan agar PT. Indopersada segera menerbitkan Koran di Bangka. Akhirnya lahirlah harian Bangka Pos yang mana disupport luar biasa oleh Pastor Hendra dan kawan-kawan.
Ternyata, keberadaan Bangka Pos tidak hanya sekedar memberi informasi ke khalayak ramai hingga ke pelosok pedesaan di Bangka Belitung, tapi sejarah mencatat, bahwa keberadaan harian Bangka Pos sangat berkontribusi terhadap perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bangka Pos dengan berani membuat tagline setiap terbitnya dengan kalimat “YUK KITE PUNYE PROVINSI”. Ini tentunya “provokasi” luar biasa sehingga masyarakat Kepulauan Bangka Belitung kompak bersatu padu berjuang untuk menjadikan Bangka Belitung Provinsi sendiri, berpisah dari Sumatera Selatan.
Bangka Pos yang didirikan pada tahun 1999 ini memiliki peran sangat penting sebagai media informasi dan agitasi dalam perjuangan Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Keberadaan Bangka Pos memang tidak lepas dari peran dan kasihnya seorang Pastor bernama FX Hendrawinata. Menurut Daryono, sosok Pastor Hendra jasanya dalam pendirian dan keberadaan Bangka Pos tidak pernah bisa dilupakan. “Saat Bangka Pos berdiri, belum ada karyawan dan wartawan, baru ada saya dan Eddy Jajang. Jadi kita ambil dari kantor di wilayah Palembang dan Jakarta. Nah mereka ini naik kapal laut dan berlabuh di Pangkalbalam. Pastor Hendra-lah yang menjemput dan melayani karyawan dan wartawan Bangka Pos. Beliau benar-benar sosok yang tidak hanya berinisiatif dalam ide, tapi juga turun ke lapangan” cerita Daryono kepada penulis melalui telepon. Daryono adalah Pemimpin Perusahaan Bangka Pos (1999-2000) yang sekarang menetap di Yogyakarta.
Selain itu, peran Pastor Hendra menurut Daryono memperkenalkan karyawan dan wartawan Bangka Pos kepada tokoh-tokoh di Bangka Belitung. “Saya masih ingat, kami dikenal kepada Pak Amung Tjandra, tokoh senior pejuang pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” ungkap Daryono. Setelah Bangka Pos berdiri, sosok Pastor Hendra tidaklah masuk dalam struktur perusahaan, namun beliau hanya sebagai sahabat atau patner sekaligus orangtua bagi Bangka Pos. “Beliau itu sangat tulus dan penuh kasih. Kalau pas Ulang Tahun Bangka Pos, beliau kita undang, paling beliau mintanya kaos Bangka Pos” kenang Daryono lagi.
Ketulusan yang bermuara dari cinta kasih memang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari Pastor Hendra yang akrab Penulis sapa Romo Hendra. Persahabatan maupun gaya komunikasi beliau begitu baik dan penuh kesantunan.
4 Stasiun Radio
Masyarakat Kepulauan Bangka Belitung sangatlah tidak asing lagi dengan radio Prima, Palupi, Sonora dan Motion. 4 stasiun radio ini setiap saat menemani kehidupan masyarakat melalui udara di Pulau Bangka khususnya. Tidak tidak banyak yang tahu, bahwa keberadaan 4 stasiun radio yang masih terus mengudara sampai hari ini tidak lepas dari peran Pastor Hendrawinata.
General Manager Business Bangka Pos sekaligus banyak mengurus ke 4 stasiun Radio tersebut, Vivi Calvella, mengungkapkan bahwa masih mengudaranya 4 stasiun Radio ini tidak lepas dari peran Pastor Hendrawinata.
“Awalnya diluar dugaan, dalam pandangan saya seorang Pastor itu hanya pada wilayah agama dan tidak paham bisnis. Tapi setelah melihat dan bergaul dengan Pastor Hendra, ternyata beliau sangat memahami dunia bisnis. Beliau ini sosok yang luar biasa. Kami pernah ingin menutup salah satu radio tersebut, tapi Pastor Hendra-lah yang menahan dan memberikan jalan keluar” cerita Vivi Calvella kepada Penulis.
Sama halnya dengan Bangka Pos, kepada Penulis, Vivi Calvella mengungkapkan bahwa kontribusi Pastor Hendra dalam pendirian dan pengembangan 4 stasiun radio ini sangatlah besar. “Tapi beliau itu tidak pernah merasa berjasa. Orangnya sederhana banget dan humble” kenang Vivi.
Sosok Pastor yang Melayani & Bersahaja
Mengenal dan bergaul dengan Pastor Hendra, kita akan menemukan cinta kasih yang sangat luar biasa. Sosoknya yang ramah, tidak menggurui, merangkul dan melayani. Setiap bertemu, beliau selalu menyapa duluan dan menghampiri. Tidak merasa paling alim atau menganggap diri harus dihormati karena diri adalah Tokoh Agama.
Vivi Calvella menceritakan bahwa walau Pastor Hendra adalah Tokoh Agama Katolik dan dirinya adalah Kristen Protestan, tapi hubungan mereka sangatlah baik dan harmoni. “Beliau itu sangat humble, sederhana dan melayani. Kalau lama tidak komunikasi, biasanya beliau telpon saya: “Vi, gimana kabar? Kapan ajak aku makan?” itu yang selalu saya ingat”.
Selain itu, kesederhanaan dan kesahajaan Pastor Hendra sangat membekas dikalangan umat Katolik dan orang-orang yang mengenalnya. Walau diri memiliki jabatan di Gereja, Komisaris diberbagai Perusahaan, seperti di Radio, di Rumah Sakit, Toko Buku Gramedia Pangkalpinang dan lain sebagainya, tapi hidupnya sangatlah sederhana. Kemana-mana selalu pakai vespa.
Penulis sepakat dengan apa yang diungkapkan Vivi Calvella, bahwa setidaknya ada 3 pelajaran yang kita petik selama mengenal Pastor Hendrawinata, yaitu: Mengasihi, Humbel dan Sederhana. “Kalau sama beliau, kita ini jadi interospeksi diri, malu hidup berlebihan. Beliau itu memiliki jabatan dalam beberapa perusahaan, tapi gaya hidupnya sederhana banget. Jadi bagi saya sosok Romo Hendra itu sosok yang benar-benar jadi teladan” kenang Vivi.
Menjaga Harmoni dalam Perbedaan
Hidup harmoni dalam keragaman adalah anugerah dan keindahan yang tidak boleh hilang ditengah masyarakat kita, terutama masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini harus kita jaga dan kita warisi kepada anak dan cucu kita semua. Sebab, tanpa keharmonisan, maka tidak akan ada kenyamanan dan ketenangan, apalagi kebahagiaan.
Pergaulan Penulis bersama Pastor Hendra (biasa penulis sapa Romo Hendra), menjadi salah satu kisah yang asyik dan bahagia bahwa perbedaan agama bukanlah halangan untuk menjalin persahabatan. Ketika Pastor Hendra merayakan Natal, Penulis memberikan ucapan. Pun demikian, ketika beliau ada kegiatan, seringkali Penulis diundang. Ketika Penulis merayakan Idul Fitri maupun Maulid Nabi Muhammad SAW, beliau datang menyambangi.
Jumat, 10/03/2023, saat memperingati 1 tahun wafatnya Amung Tjandra, setelah Kebaktian dan doa para Jamaah Katolik di halaman kediaman Amung Tjandra, Penulis diminta memberikan sambutan. Dalam sambutan tersebut, Penulis tidak hanya menceritakan tentang keteladanan sosok Amung Tjandra, namun juga Pastor Hendrawinata dan Mgr. Hilarius Mua Nurak. Dihadapan umat Katolik yang hadir, Penulis menceritakan bagaimana keragaman adalah teladan yang telah diberikan oleh para tokoh di negeri ini. Sebagai sesama umat manusia, sesama anak Indonesia, sesama masyarakat Bangka Belitung, tidak ada satupun yang boleh memecah belah kebersaman kita dalam menjaga keharmonisan ini. Penulis memberikan beberapa cerita keteladanan Amung Tjandra, Mgr. Hilarius Mua Nurak dan Pastor Hendra selama pergaulan yang penuh cinta kasih.
Sejak Paskah tahun 2021, kondisi kesehatan Pastor Hendra sudah mulai menurun. Tekanan darah tidak normal, sehingga beliau sempat dibawa berobat ke Jakarta. Lantas beliau kembali ke Pangkalpinang dan pada hari Sabtu, 31 Juli 2021, tepat jam 01.09 WIB, Pastor Hendra menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 72 tahun di Rumah Sakit Kalbu Intan Medika (KIM). Jenazahnya disemayamkan di Gereja Katedral Pangkalpinang dan dimakamkan di Pemakaman Katolik di Jalan Koba.
Selamat jalan sahabat, FX Hendrawinata. Semoga Tuhan memberkatimu….(*)