“Belanja impulsif itu gampangnya adalah sesuatu yang tidak direncanakan,” kata Eko Pratomo selaku Co-Founder Halo FINA dalam siaran ‘Belanja Impulsif = Biaya Tak Terduga’ di Radio Smart FM (30/6/21), seperti dikutip dari Sonora.id.
“Impulsif ini merupakan perilaku di mana seseorang melakukan tindakan yang tanpa dipikir terlebih dulu,” tambah Mohamad Teguh yang merupakan Pakar Finansial.
Biasanya belanja impulsif ini juga dilakukan dengan landasan ‘self-reward’.
Perilaku impulsive buying sendiri ternyata memiliki latar belakang psikologis, selain itu juga dapat memicu munculnya gangguan psikologis.
Seperti contohnya jika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan atau yang kita dapat tidak sesuai dengan keinginan, bisa jadi hal ini memicu kecemasan dan rasa tidak bahagia.
Mengutip dari Kompas.com, impulse buying adalah perilaku membeli secara berlebihan dan tidak didasarkan pada pertimbangan yang matang.
Ketika Kawan Puan sudah memiliki dorongan untuk membeli sesuatu, kamu akan mempertahankan keinginan itu dan membeli barang yang diinginkan.
Perilaku ini merupakan perilaku hedonistik karena diiringi rasa puas ketika berhasil membeli benda tersebut. Sayangnya banyak efek negatif yang ditimbulkan perilaku impulsive buying ini, termasuk terlilit utang.
Cara Mencegah Impulsive Buying
Cara paling efektif untuk mencegah impulse buying adalah dengan menghindari hal-hal yang bisa memicu perilaku belanja berlebihan ini.