Menurutnya, ketersediaan bengkel konversi yang lebih banyak bisa menjadi jaminan bagi konsumen dan menghilangkan kekhawatiran akan perawatan.
Opini lain disampaikan oleh Riko dan Kiki, kakak beradik dengan profesi wirausahawan asal Bekasi. Menurut mereka, konversi motor listrik nampaknya cuma cocok bagi penghobi, bukan masyarakat umum.
"Rasanya (motor konversi) biasa saja. Bukannya jelek, tapi perbedaannya enggak signifikan dengan motor listrik kami di rumah," ucap Kiki.
Keduanya merupakan pengguna EV sejak dulu dan memiliki mobil serta motor listrik. Usai menjajal motor konversi di area test ride PEVS, mereka tidak merasakan adanya perbedaan perfoma.
Selama pameran, kakak beradik ini juga sempat berdialog dengan beberapa bengkel konversi yang menjadi eksibitor. Kesimpulan yang ditarik, total biaya konversi dirasa terlalu mahal bagi mereka, jika menghitung biaya jasa, spare parts, serta harga motor yang dirombak.
"Menurut kami motor konversi cocoknya untuk penghobi atau yang suka restorasi saja. Biayanya mahal, bisa puluhan juta. Kami pilih motor listrik pabrikan saja," ujar dia.
Untuk diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sendiri telah menegaskan kalau pihaknya akan memperbanyak program-program pemberdayaan untuk memunculkan bengkel-bengkel listrik konversi.
Tentunya, tahap yang harus dipenuhi adalah perizinan dan standarisasi yang sesuai. Hanya bengkel-bengkel motor listrik yang dianggap sudah berkompetensi saja yang memiliki izin untuk melakukan konversi.
“Ibaratnya ada tahap akreditasi terlebih dahulu (untuk bengkel motor listrik). Perizinan kan tidak bisa diberikan secara cuma-cuma,” kata Danto Restyawan, Direktur Sarana Transportasi Darat Kemenhub.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Banyak Konsumen yang Masih Ragu dengan Motor Listrik Konversi", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2023/05/21/092100215/banyak-konsumen-yang-masih-ragu-dengan-motor-listrik-konversi?page=all#page2.