Hal ini dibenarkan oleh Kathleen McGinn, seorang profesor di Harvard Business School dan salah satu penulis di studi tersebut.
"Apa yang kami temukan adalah, setelah dewasa, perempuan akan lebih baik jika menghabiskan waktu untuk bekerja," tutur Kathleen McGinn kepada The New York Times kala itu.
Meski penelitian menunjukkan hasil demikian, para peneliti sendiri masih mempelajari apakah benar bekerja atau berpendidikan tinggi yang paling memengaruhi.
Pasalnya menjadi ibu rumah tangga sendiri kini sudah dipertimbangkan untuk dianggap sebagai pekerjaan.
Keuntungan Menjadi Ibu Bekerja bagi Anak
Studi dari Kathleen McGinn dan para profesor lain di Harvard juga menyebut bahwa menjadi ibu bekerja memberikan keuntungan bagi anak.
Khususnya jika ibu bekerja tersebut memiliki anak perempuan. Mengapa demikian?
Ini karena anak-anak perempuan umumnya menjadikan sang ibu sebagai panutan.
Sehingga melihat sang ibu bekerja atau berkarier dapat membuat mereka memiliki tujuan karier yang lebih tinggi.
Di sisi lain, Kathleen menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan bukan untuk mengatakan bahwa ibu bekerja lebih baik dalam mengasuh anak.
Ia sendiri percaya bahwa ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga sama-sama bekerja mengasuh anak.
Ada sisi positif dan negatif dari masing-masing pilihan, apakah bekerja ataupun menjadi ibu rumah tangga.
"Saya percaya bahwa setiap ibu harus memiliki hak dan sumber daya untuk memutuskan apa yang terbaik untuknya," tutur Kathleen.
Penelitian ini barangkali bisa menjadi sebuah penyemangat bagi ibu bekerja agar berhenti merasa bersalah pada buah hati.
Pasalnya, apa yang dilakukan sekarang boleh jadi akan menginspirasi putri tercinta di masa depan.
Itulah sisi positif dari menjadi ibu bekerja bagi anak. Semoga informasi di atas bermanfaat, ya.
Jadi, jangan khawatir menjadi ibu bekerja selama kamu memberikan dan meluangkan waktu berkualitas bersama anak.
Artikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/533800259/tak-selalu-buruk-benarkah-jadi-ibu-bekerja-baik-untuk-si-kecil?page=all