Namun karena jumlah pesawat terbatas, maka penerbangan menjadi tertunda karena maskapai harus menunggu atau mencari pesawat lain yang bisa digunakan. Tak jarang, pesawat yang dapat dioperasikan berada jauh dari bandara keberangkatan.
Hal ini terjadi pada penerbangan Lion Air dari Bandar Udara Depati Amir Pangkalpinang (PGK) tujuan Bandar Udara HAS Hanandjoedin di Tanjung Pandan (TJQ). Penerbangan dijadwalkan berangkat pukul 08.15 WIB pada Selasa (2/5/2023).
Namun karena adanya masalah di kompartemen kargo pesawat, Lion Air memutuskan menunda penerbangan. Kemudian ternyata pesawat membutuhkan waktu cukup lama untuk diperbaiki sehingga maskapai mendatangkan pesawat pengganti dari Jakarta.
Lebih lanjut, keterlambatan yang terjadi pada satu penerbangan akan membuat jadwal penerbangan lainnya menjadi terkena dampaknya.
"Jadi akibatnya terjadilah efek domino. Sekali ada yang delay, biasanya akan berdampak kepada penerbangan yang lain, nah ini juga yang kita lihat kecenderungannya juga seperti itu sekarang," kata Adita.
Dia mengungkapkan, keterlambatan pesawat akibat tidak seimbangnya jumlah pesawat dan jumlah penumpang tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga dialami oleh semua maskapai di dunia.
Bahkan jika melihat penyebab masalah lebih luas lagi, industri penerbangan dunia juga tengah mengalami kesulitan suku cadang pesawat yang masih langka.
"Sampai sekarang suku cadang masih langka karena pabrikannya masih belum seperti dulu. Orangnya juga para pekerja pabrik belum kembali lagi seperti dulu. jadi ada masalah supply tidak hanya di kondisi pesawat tapi juga suku cadang dan juga komponen-komponen lain. Nah ini adalah tantangan internasional sebenarnya," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penerbangan Jadi Sering "Delay", Kemenhub Ungkap Penyebabnya", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2023/06/07/090248726/penerbangan-jadi-sering-delay-kemenhub-ungkap-penyebabnya?page=all#page2.