SonoraBangka.id - Akhir-akhir ini ramai tentang Indonesia yang menjadi negara fatherless urutan ketiga di dunia. Memang, apa itu fatherless?
Fatherless adalah kondisi di mana seorang anak kekurangan figur sosok 'ayah' dalam hidupnya.
Mengutip dari Tribunnews.com, fenomena fatherless ini terungkap dalam program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia."
Dilansir dari situs UNS, anggota tim sosialisasi UNS Qori Zuroida mengatakan bahwa temuan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai negara fatherless menjadi latar belakang dilakukannya acara sosialisasi tersebut.
Adapun, fatherless dapat diartikan anak- anak yang peran ayahnya dalam pengasuhan masih amat minim.
Dilansir Kompas.com, Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Diana Setiyawati, menyampaikan bahwa fenomena fatherless ini perlu diperhatikan.
Pasalnya, dampak dari minimnya peran ayah cukup besar bagi anak.
“Fatherless ini menjadi fenomena yang sudah dirasakan bersama di mana peran ayah bisa dikatakan minim,” tuturnya dilansir dari laman UGM.
Peran ayah tidak hanya pencari nafkah Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi UGM ini mengatakan bahwa dalam pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua yaitu ayah dan ibu secara berimbang.
Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi juga dilakukan oleh ayah.
“Namun, yang banyak terjadi ayah tidak terlibat dalam pengasuhan. Ini jadi fenomena yang cukup lazim, salah satunya karena pengaruh budaya,” terangnya.
Mengapa di Indonesia masih banyak ayah yang jarang mengasuh anak? Menurutnya, hal ini karena kentalnya budaya patriarki.
Budaya patriarki menempatkan perempuan bertanggung jawab untuk urusan domestik dan mengurus anak.
Sementara laki-laki bertanggung jawab pada urusan publik.
Padahal, pengasuhan ayah nyatanya tidak dimaknai hanya sebagai pencari nafkah saja. Peran ayah juga dibutuhkan dalam fase tumbuh kembang seorang anak.
Anak bisa mengalami fatherless karena orangtua yang terlalu sibuk.
Karena kesibukan bekerja, menjadikan ayah sulit untuk terlibat dalam pengasuhan.
“Faktor orangtua yang fly in fly out, terlalu sibuk, misal berapa hari sekali baru bisa pulang menjadikan secara teknis lebih sulit terlibat dalam pengasuhan. Sementara saat sudah pulang tidak ada komitmen untuk mengganti hari-hari yang hilang,” paparnya.
Diana mengatakan hal itu disebabkan karena sosok ayah, bisa tidak mengerti bagaimana mengasuh anak yang baik.
“Fatherless karena tidak tahu cara mengasuh anak, tidak ada model yang bisa ditiru dan tidak ada ilmunya,”ucapnya.
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053805796/indonesia-jadi-negara-fatherless-ketiga-di-dunia-apa-itu-fatherless?page=all