Oleh karena hal teknis tersebut, satelit internet Satria-1 baru bisa dicoba mulai tahun depan.
"Untuk meluncur, kita pakai empat roket kecil, yang bahan bakarnya elektronik, plasma dari zenon. Dan itu memerlukan 145 hari," kata Adi dalam kesempatan yang sama.
Lebih rinci, Adi menjelaskan bahwa Satria-1 akan mencapai orbit pada November 2023. Saat itu, pihak SNT juga akan melakukan serangkaian tes guna memastikan perangkat tersebut berjalan normal. Adapun waktu pengujian diperkirakan selesai akhir Desember.
Dengan begitu, Satria-1 bisa dipastikan siap dijajal masyarakat per Januari 2023.
Sementara itu wilayah yang bakal kebagian internet yang disebarkan Satria-1 masih dalam tahap identifikasi.
Menurut Plt Dirut Bakti, Arief Tri Haryanto, per tahun 2017, ditetapkan 150.000 titik layanan Satria-1. Namun seiring waktu datanya berubah, sehingga diperlukan identifikasi ulang.
"Awalnya 150.000 titik layanan, itu data 2017. Sekarang atau nanti awal 2024, tentu saja titik layanannya sudah berubah, Sekarang kami dalam proses identifikasi titik mana yang akan pakai Satria," ujarnya.
Satelit Satria sendiri merupakan proyek Kominfo yang diresmikan tahun 2019 dan ditargetkan siap beroperasi pada tahun ini.
Satelit internet Satria direncanakan meluncur pada orbit 146 BT menggunakan frekuensi Ka-band dengan teknologi very high throughput satellite (HTS) dengan kapasitas frekuensi 150 Gbps.
Proyek ini memiliki misi untuk mengentaskan masalah koneksivitas internet, khususnya di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terlular) serta daerah perbatasan di Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satelit Internet Satria-1 Meluncur 19 Juni, Bisa Dicoba Tahun Depan", Klik untuk baca: https://tekno.kompas.com/read/2023/06/13/18000067/satelit-internet-satria-1-meluncur-19-juni-bisa-dicoba-tahun-depan?page=all#page2.