SonoraBangka.id - Biasanya, ketika kita berdiri di tengah terik Matahari, maka kita akan melihat bayangan tubuh kita sendiri di sana.
Tak hanya itu, kita pun bisa melihat bayangan benda-benda lain di sekitar kita. Mulai dari rumah, pohon, dan lainnya.
Bayangan yang muncul akan selalu mengikuti langkah gerak tubuh kita. Selain itu, bayangan juga menyesuaikan Matahari.
Namun siapa sangka, ternyata bayangan itu bisa saja tidak muncul walaupun kita sudah berada di bawah Matahari, lo.
Fenomena alam itu disebut dengan Kulminasi Matahari. Memangnya apa itu, Bo? Simak informasi berikut ini, yuk!
Fenomena Kulminasi Matahari
Kulminasi Matahari adalah fenomena alam yang terjadi saat Matahari berada di titik tertinggi di langit pada suatu lokasi.
Fenomena ini bisa terjadi dua kali dalam setahun, yakni saat solstis musim panas dan soltis musim dingin, lo.
Solstis musim panas terjadi pada 21 Juni. Saat itu, Matahari mencapai kulminasi tertinggi di belahan bumi utara.
Sebaliknya, solstis musim dingin terjadi pada 21 Desember. Saat itu, Matahari mencapai kulminasi terendah di belahan bumi utara.
Ketika Matahari mencapai titik kulminasinya, maka posisinya tampak tegak lurus terhadap garis lintang tempatnya berada.
Pada solstis musim panas, Matahari mencapai kulminasi tertinggi di langit dan memberikan siang terpanjang.
Sementara pada solstis musim dingin, Matahari mencapai kulminasi terendah dan memberikan waktu siang terpendek.
Faktor yang Memengaruhi Kulminasi Matahari
Seperti fenomena alam lainnya, Kulminasi Matahari ini tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang memengaruhi.
Salah satu faktor utama yang memengaruhi Kulminasi Matahari adalah kemiringan sumbu Bumi sekitar 23,5 derajat.
Hal ini menyebabkan perubahan musiman dalam intensitas sinar Matahari yang diterima oleh berbagai wilayah di Bumi.
Selain faktor kemiringan, rotasi juga memengaruhi. Bumi berputar mengelilingi sumbunya dalam periode sekitar 24 jam.
Gerakan rotasi ini menyebabkan perubahan terus menerus dalam posisi Matahari langit sepanjang hari.
Ketika Matahari mencapai titik tertinggi di langit pada suatu lokasi, maka itu adalah saat Kulminasi Matahari di wilayah itu.
Tak hanya itu, orbit Bumi juga punya pengaruh. Seperti kita tahu, Bumi bergerak dalam orbit elips mengelilingi Matahari.
Selama perjalanannya, Bumi mengalami dua titik penting dalam orbitnya, yakni aphelion dan perihelion. Apa itu?
Aphelion adalah saat Bumi berada di titik terjauh dari Matahari. Perihelion adalah saat Bumi ada di titik terdekat dari Matahari.
Kedua titik ini bisa memengaruhi intensitas sinar Matahari yang diterima oleh Bumi dan kemudian menghasilkan Kulminasi Matahari.
Kulminasi Matahari di Indonesia
Indonesia terletak di kawasan tropis. Ini artinya, Matahari cenderung bergerak cukup tinggi di langit sepanjang tahun.
Sebagai tambahan, fenomena Kulminasi Matahari ini juga bisa terjadi karena negara kita dilalui oleh garis khatulistiwa, lo.
Daerah yang dilalui garis khatulistiwa, seperti Sumatra Barat, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, hingga Papua Barat Daya.
Bagian utara Indonesia, seperti Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan sebagian besar Sulawesi, berada di belahan bumi utara.
Oleh karena itu, kulminasi matahari terjadi selama solstis musim panas pada sekitar tanggal 21 Juni, teman-teman.
Sebagian kecil Indonesia, termasuk Kepulauan Nusa Tenggara dan sebagian Papua, berada di belahan bumi selatan.
Kulminasi matahari di wilayah yang Bobo sebutkan di atas terjadi selama solstis musim dingin, sekitar tanggal 21 Desember.
Pada saat itu, matahari mencapai kulminasi terendah di langit, menyebabkan siang yang lebih pendek dan malam yang lebih panjang.
Saat Kulminasi Matahari terjadi di beberapa lokasi di Indonesia membuat tidak ada bayangan selama beberapa detik.
Namun tak hanya itu, Kulminasi Matahari juga membuat radiasi Matahari maksimal sehingga bisa meningkatkan suhu permukaan bumi.
Artikel ini telah terbit di https://bobo.grid.id/read/083813747/sebabkan-hari-tanpa-bayangan-apa-itu-fenomena-alam-kulminasi-matahari?page=all