Dalam hal ini, memanfaatkan pinjol untuk membeli barang-barang tersebut sangat diperbolehkan, sebab bisa balik modal.
Kedua, pahami tujuan berutang. Kalau berutang hanya untuk kebutuhan konsumtif seperti makan mewah atau lapar “mata”, lebih baik pikir ulang.
Tommy menambahkan, “Kalau ujung-ujungnya ke konsumtif, coba pikir ulang dan pakai rasionalitas kita untuk bertindak. Apalagi kita juga perlu mengecek keuangan kita pribadi.”
Ketiga, cek kondisi keuangan. Sebaiknya cicilan pinjaman maksimal 30 persen sampai 35 persen saja dari pemasukan bulanan.
Kalau lebih dari itu, tandanya sudah di luar batas aman. Meski begitu, 35 persen ini bisa dibagi lagi dalam dua kategori, 20 persen untuk utang produktif dan 15 persen untuk utang konsumtif.
Keempat, jumlah aset harus lebih besar dari utang. “Aset kita misalkan berupa uang kas, buku tabungan, deposito, beberapa instrumen investasi seperti properti, kendaraan.
Nah aset ini kalau nilainya lebih kecil dari pada utang itu bahaya banget. Bisa langsung bangkrut secara keuangan,” jelas Tommy.
Kelima, buat simulasi utang. Simulasi ini berfungsi agar kita bisa mengetahui berapa uang yang akan kita bayarkan setiap bulan untuk melunasi utang beserta bunganya.
Kalau bingung dan belum mengerti hitungannya, Tommy menyarankan agar kita bisa meminta hitungan tersebut pada pinjol yang akan kita pinjam.
“Simulasi itu bermanfaat untuk melihat bulan ke bulan cocok atau mampu gak kita membayarnya. Enggak boleh langsung asal pinjam. Makanya jangan terbawa emosi dan pikiran harus tenang,"
Tommy juga megingatkab, bahwa kita jangan sampai ambil keputusan yang gegabah sampai merugikan untuk keuangan kita sendiri.
Apalagi jika kita ada keluarga, ada utang juga. Semoga bermanfaat!
Artikel ini telah terbit di https://nova.grid.id/read/053631051/pintar-atur-uang-ini-5-cara-berutang-yang-baik-dan-benar-agar-aman-lewat-pinjol?page=all