Achmad Soebardjo sendiri merupakan ketua dari perhimpunan mahasiswa Belanda.
Sultan Hamengkubuwono VIII yang turut menghadiri acara tersebut datang menggunakan mobil dengan umbul-umbul "gula-kelapa".
Ini menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk membuat bendera dengan warna yang sama.
Untuk memberikan corak lain, ditambahkanlah kepala kerbau pada bendera itu.
Ide menambahkan kepala kerbau itu bersumber dari kisah Saijah dan Adinda dalam buku Max Havellar karya Multatuli.
Berkat keperkasaan kerbaunya, Saijah terselamatkan dari terkaman harimau yang ganas.
Bendera itu kemudian ditempatkan di gedung pertemuan para mahasiswa.
Bahkan di depan bendera itu, para mahasiswa disebut banyak yang mengheningkan cipta sebelum menempuh ujian.
Beberapa tahun kemudian, Bung Karno mengubah gambar kerbau itu menjadi banteng yang dianggapnya lebih perkasa.
Baru pada 1944, dibentuk sebuah panitia yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantoro dengan tugas menjelaskan warnah Merah Putih dan menentukan ukuran bendera.
Kedua warna itu kemudian dimaknai dengan berani (merah) dan suci (putih).
Bedanya dengan bendera Monako
Seperti diketahui, warna bendera Indonesia sangat mirim dengan bendera Monako yang sama-sama menggunakan warna merah putih.
Namun, bendera Indonesia memiliki perbandingan tinggi dan lebar 2:3, sementara bendera Monako 4:5, dikutip dari Britannica.
Kedua bendera tersebut berasal dari ratusan tahun yang lalu.
Bendera Monako didasarkan pada warna heraldik pada perisai lengan pangeran Monegasque.
Adapun bendera Indonesia, berasal dari hubungannya dengan kerajaan Majapahit.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Merah Putih sebagai Bendera Indonesia", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/15/083000965/sejarah-merah-putih-sebagai-bendera-indonesia?page=all#page2.