SonoraBangka.ID - Bank Indonesia (BI) menyebut suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Funds Rate/FFR) masih berpotensi naik ke depannya.
Bahkan kenaikan FFR berpeluang mencapai 50 basis poins (bps) setara 0,5 persen menjadi 5,75-6 persen atau dua kali lipat dari kenaikan pada Juli lalu yang sebesar 25 bps. Adapun saat ini FFR berada di level 5,25-5,50 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI memprediksi FFR bakal naik lebih besar karena melihat tekanan inflasi AS masih tinggi yakni 3,2 persen di Juli 2023, dipengaruhi perekonomian yang kuat dan pasar tenaga kerja yang ketat.
Dia bilang, pertumbuhan ekonomi AS lebih baik dari prakiraan semula lantaran dipengaruhi oleh konsumsi yang membaik dan ditopang dengan kenaikan upah dan pemanfaatan tabungan yang tinggi (excess saving).
"AS yang kami perkirakan September ini masih akan menaikan FFR bahkan juga ada probabilitas dua kali lipat tapi baseline kami satu kali. Tapi ada potensi risiko dua kali karena inflasi masih tinggi dan ekonominya kuat," ujarnya saat konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Pada Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2023, BI memperkirakan sikap hawkish bank sentral AS masih akan berlanjut hingga akhir 2023. The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada Juli dan September 2023 masing-masing sebesar 25 bps.
"Sehingga Fed Fund Rate (FFR) akan menjadi 5,75 persen nanti di September 2023," kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI Juli 2023, Selasa (25/7/2023).
Namun berbeda dari perkiraan RDG bulan lalu, kini BI perkirakan kenaikan FFR pada September mendatang justru bakal melebihi perkiraan sebelumnya. Alih-alih 25 bps, BI memperkirakan FFR berpotensi naik 50 bps di bulan depan menjadi 5,75-6 persen.
Seiring dengan potensi kenaikan FFR tersebut, BI telah menyiapkan jamu atau strategi untuk memitigasi agar tidak mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah.
Caranya dengan mengarahkan fokus kebijakan moneter pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.