“Ini (standardisasi baterai) sangat susah. Setiap motor kan didesain dengan tenaga dan output daya yang berbeda-beda, tergantung keperluan. Enggak bisa kalau pukul rata, semua sama,” ucapnya kepada Kompas.com, Sabtu (28/10/2023).
Garry juga menyinggung soal tantangan adaptasi yang harus dilakukan produsen, yang dalam hal ini, ada potensi kalau cuma beberapa pihak saja yang diunggulkan, sedangkan sisanya terpaksa mengalah.
“Misalnya menurut kami (Savart), desain baterai kami sudah yang paling reliable, tapi belum tentu baterai ini cocok kalau dipakai produsen lain,” kata dia.
Keluhan senada juga disampaikan oleh Edwin Dhamaputra, Lead Designer and Research Head Dhelvic, merek motor listrik lokal asal Surabaya, Jawa Timur.
Dia menjelaskan, masing-masing produsen pasti sudah memiliki cetak biru desain motor listrik, dan semua komponennya sangat spesifik dan sudah disesuaikan.
“Dhelvic ini motor listrik performa, jadi baterainya juga jenis performa, kami pakai LifePo. Kalau diseragamkan (standardisasi baterai), berarti sama saja menghilangkan performa Dhelvic,” ucapnya.
Christian Nico Sudarmadji, Direktur Utama PT Kool EV-Motor, juga mengeluhkan hal ini. Tapi dirinya mengaku akan tetap bersikap diplomatis.
Menurutnya, aturan standardisasi baterai mungkin punya peluang untuk diterapkan, dengan catatan, regulasi penyokongnya harus kuat dan jelas, serta tidak mematikan persaingan dan inovasi di ranah motor listrik.
“Kalau memang ada aturannya, berarti regulasinya juga harus jelas dari hulu ke hilir. Mungkin peluangnya ada, tapi tergantung bagaimana pemerintahnya saja,” kata dia.
Pada kesempatan terpisah, Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan, program standardisasi baterai kendaraan listrik roda dua sedang dicanangkan, dengan tujuan mempermudah jalannya program elektrifikasi nasional.
Rencananya, aturan ini akan digagas lewat koordinasi ESDM dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), konsorsium empat BUMN yang terdiri dari PLN, MIND ID, Antam, serta Pertamina.
Arifin menjelaskan, standardisasi baterai akan berlaku bagi semua jenis motor listrik yang dipasarkan di Indonesia, baik pabrikan maupun konversi.
“Nantinya kami (ESDM) akan lakukan koordinasi lebih lanjut dengan IBC, menyoal standardisasi (baterai motor listrik) ini bagaimana,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (28/7/2023).
Dia mengatakan, tujuan utama dari perencanaan ini adalah mempermudah masyarakat dalam pemakaian motor listrik, dengan menciptakan keseragaman yang diatur dalam satu ketentuan.
“Bagusnya memang baterai-baterai itu kita standardisasi sendiri, jadi tidak kesulitan dalam hal pergantian (swap), charging, dan lain sebagainya,” ucap dia.
Arifin mengharapkan, program ini bisa dilangsungkan secepatnya dan Indonesia bisa sepenuhnya independen dalam hal proses produksi baterai motor listrik.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Soal Standardisasi Baterai Motor Listrik, Produsen Mengaku Keberatan", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2023/10/31/173841315/soal-standardisasi-baterai-motor-listrik-produsen-mengaku-keberatan?page=all#page2.