Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar sendiri memang terus dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir sebagai alternatif dari bahan bakar fosil.
Sebab, bioetanol yang digunakan sebagai bahan bakar dinilai memiliki lebih banyak keunggulan. Utamanya, dalam menekan emisi karbon melalui penggunaan energi terbarukan.
Bioetanol dihasilkan melalui fermentasi biomassa, seperti umbi-umbian, jagung, dan tebu. Setelah difermentasi, bahan-bahan itu pun kembali diolah melalui proses destilasi.
Perlu diketahui, Toyota telah melakukan riset dan berhasil mengembangkan teknologi mesin flex-fuel yang bisa menenggak E100. Penggunaan mesin itu terbukti bisa menurunkan emisi gas buang hingga 14 persen.
Meski begitu, penerapan mesin flex fuel yang dapat menggunakan E100 di Indonesia masih membutuhkan proses lebih lanjut.
Hal tersebut lantaran untuk menghasilkan bahan bakar E100 tidak cukup bila hanya diwujudkan dengan mengandalkan industri otomotif semata, tapi juga industri lainnya.
Pemerintah Indonesia saat ini telah mengembangkan bensin dengan campuran bioetanol sebanyak 5 persen (E5) pada produk bahan bakar minyak (BBM) Pertamax Green.
Alternatif kendaraan listrik
Marketing Director TAM Anton Jimmi Suwandy mengatakan, tujuan diperkenalkannya Fortuner Flexy Fuel dan Corolla Cross HEV Flex Fuel adalah untuk memberi gambaran mengenai masa depan bioetanol di industri otomotif Tanah Air.
Pasalnya, kedua mobil tersebut sejalan dengan isu penggunaan bioetanol sebagai bahan pada BBM kendaraan yang tengah berkembang di Indonesia.