Saham perusahaan boba China "berjatuhan"
Minuman boba mampu “menyediakan kebahagiaan murah bagi konsumen di China,” kata Yu. Ia merujuk pada “variasi kisaran harga” dari produk-produk yang ditawarkan oleh berbagai macam toko minuman boba.
Namun, beberapa investor belum memiliki ketertarikan yang sama terhadap minuman boba.
Demi meraup keuntungan dari tren yang meluas, beberapa perusahaan minuman boba mulai menjual saham di pasar selama beberapa tahun terakhir.
Bulan lalu, perusahaan minuman boba terbesar ketiga di China, Sichuan Baicha Baidao Industrial, atau dikenal sebagai Chabaidao, meluncurkan sahamnya di pasar untuk pertama kali.
Tetapi harga sahamnya jatuh pada hari pertama penjualan dan sejak itu tidak pernah pulih.
Saham perusahaan boba lain, Nayuki yang berbasis Shenzen, juga anjlok pada hari peluncurannya. Nilai saham Nayuki telah turun lebih dari 80 persen sejak peluncurannya di Hong Kong hampir tiga tahun yang lalu.
Para analis menggarisbawahi beberapa faktor yang mengakibatkan menurunnya nilai saham perusahaan boba, termasuk kekhawatiran yang ada di pasar saham Hong Kong secara umum.
Nilai keuntungan dari peluncuran-peluncuran saham di kota itu kian menurun sejak awal tahun ini, hingga mencapai tingkat terendah sejak 2009 silam, menurut perusahaan konsultan Deloitte.
Meski begitu, hal ini tidak membuat perusahaan-perusahaan minuman boba enggan untuk menjual sahamnya.
Awal tahun ini, perusahaan minuman China terbesar pertama dan kedua berdasarkan jumlah cabang, Grup Mixue dan Guming, mengirimkan aplikasi untuk mendaftar dalam Bursa Efek Hong Kong.
"Sentimen pasar yang melemah di Hong Kong menjadi alasan utama” jatuhnya Chabaidao di pasar saham, kata Gary Ng, ekonom senior dari Natixis.
Ia meyakini Hong Kong akan kesulitan untuk menarik perusahaan-perusahaan baru untuk mendaftar sampai ada "tanda jelas bahwa pertumbuhan China berbalik arah dan suku bunga AS menurun”.
Analis lain menyatakan kini para investor sedang fokus pada masalah-masalah di dalam industri minuman boba itu sendiri.
“(Industri minuman boba) mudah untuk dipenetrasi, sehingga semakin banyak pesaing baru yang bermunculan,” kata Kenny Ng, ahli strategi sekuritas dari Everbright Securities International.
“Banyak perusahaan membuka toko baru untuk mempertahankan pendapatan. Namun, strategi perluasan ini dapat mengarah pada menurunnya margin laba kotor karena perusahaan berhadapan dengan meningkatnya biaya operasional dan manajemen toko.”
Bagi penggemar teh boba, meningkatnya persaingan menjadi keuntungan.
Han adalah seorang perempuan dari Beijing yang meminum boba secara reguler. Ia mengaku dulu enggan membeli dari merek-merek boba yang ia anggap premium karena harga yang terlalu tinggi.
Pandangannya kini telah berubah. Harga tidak lagi ia jadikan tolok ukur dalam memilih merek minuman boba karena “mereka menawarkan banyak diskon dan voucher.“
Namun bagi penjual minuman boba dan investor-investornya, harga murah dengan biaya operasional yang mahal, sulit untuk mendatangkan keuntungan.
“Kasus Chabaido menunjukkan risikonya dan menjadi pertanda buruk bagi perusahaan-perusahaan minuman boba lain yang ingin mendaftar,“ ucap Gary Ng.
Lili dan Han mengatakan ada risiko besar lain berkaitan dengan minuman penuh gula itu yang membuat mereka menahan diri dari membelinya, yakni bertambahnya berat badan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisnis Minuman Boba Mulai Merosot di China, Ini Penyebabnya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2024/05/25/173343170/bisnis-minuman-boba-mulai-merosot-di-china-ini-penyebabnya?page=all#page2.