SONORABANGKA.ID - Adalah Warganet di China meramaikan tren berpura-pura menjadi burung di media sosial untuk memprotes budaya kerja negara tersebut.
Platform video seperti TikTok, telah dibanjiri dengan video pria dan wanita muda yang mengenakan kaus kebesaran, bertengger di furnitur, mengepakkan sayap dan bahkan berkicau.
Dilansir dari NDTV, menurut laporan Babelfish Asia, tren burung di media sosial China melambangkan kerinduan akan kebebasan.
Banyak pengguna, yang kelelahan karena belajar secara intens atau budaya kerja yang menuntut, berfantasi untuk melepaskan diri dari tekanan untuk terus mengerjakan sesuatu.
"Masa muda hanyalah mimpi musim panas," tulis seorang warganet.
"Saya tidak ingin bekerja, saya ingin bebas seperti burung," tambah yang lain.
Kaum muda China mempunyai sejarah menggunakan media sosial untuk menyuarakan rasa frustrasi mereka terhadap budaya kerja
Tren "burung" mengikuti jejak "bai lan" ("biarkan membusuk") yang muncul pada tahun 2022. .
Berasal dari komunitas game NBA, "bai lan" berarti kekalahan yang disengaja dengan peluang menang yang rendah, namun berubah menjadi simbol ketidakpuasan yang lebih luas terhadap tuntutan pekerjaan yang menuntut.
Sementara itu, para profesional muda yang mengalami stres di China beralih ke teman kerja baru: tanaman pisang.
Tren unik ini, yang dikenal sebagai "stop banana green" (ting zhi jiao lu dalam bahasa Mandarin, yang berarti "hentikan kecemasan"), melibatkan budidaya pisang langsung di meja kerja mereka.
Minggu kerja yang panjang di China, seringkali melebihi 49 jam, membuat para profesional muda mencari metode pengurangan stres yang inovatif.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tren Warganet China Berpura-pura Jadi Burung, Ingin Bebas dari Kerja", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/global/read/2024/06/21/200000670/tren-warganet-china-berpura-pura-jadi-burung-ingin-bebas-dari-kerja.