( )

Direktur Operasi SIG: Jawab Bias Gender dengan Profesionalisme

14 Juli 2024 18:56 WIB

SonoraBangka.id - Wanita yang lahir di Tulungagung, 26 April 1974, Reni Wulandari kini menjadi sosok spesial di lingkungan SIG Group.

Saat ini Reni Wulandari menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang menduduki kursi direksi BUMN.

Tak main-main, ada perjuangan panjang yang ia tempuh sebelum dipercaya menjadi Direktur Operasi SIG.

Modal kompetensi saja tidaklah cukup, karena Reni mesti menghadapi sejumlah tantangan lain yang justru membuatnya semakin tangguh.

Wanita yang akrab dipanggil Reni ini merupakan alumnus Teknik Kimia Universitas Diponegoro dan Magister of Business Administration, Swiss German University.

Sudah 25 tahun lamanya Reni bekerja di insdustri semen.

Uniknya, sebagai perempuan, sebagian besar perjalanan kariernya dihabiskan di area operasional.

Area yang nuansa maskulinnya begitu kuat.

“Saya bersyukur diberi amanat di area operasional yang memang menjadi passion saya."

"Di sini saya telah mendapatkan sufficient exposure sehingga insya Allah bisa memberikan nilai tambah untuk SIG,” tutur Reni saat ditemui di ruang kerjanya, kantor SIG, South Quarter, Tower A.

Reni mengawali kariernya di SIG dari GM Pabrik Tuban PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk yang merupakan salah satu anak usaha SIG.

Ia lalu naik kelas menjadi SVP of Operation SIG.

Dua tahun kemudian, ia didaulat menjadi direktur produksi anak usaha SIG lainnya, PT Semen Gresik.

Puncaknya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) SIG di Jakarta, 18 April 2023, Reni mendapat amanat sebagai direktur operasi.

Menurutnya, selain dari sisi gender, kepercayaan ini menjadi bukti nyata bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang setara untuk talenta-talenta internal.

“Saya berharap ini bisa menjadi tambahan motivasi bagi para in-house talent , terlepas dari gender maupun bidangnya. Jangan sia-siakan kesempatan ini,” tutur Reni.

Reni tak menampik, selama 25 tahun meniti karier mulai dari fresh graduate di area operasional yang male dominated, yang namanya bias gender pernah ia rasakan.

Namun tantangan itu tidak ia hadapi dengan emosional.

Baginya, bias tetaplah bias, yang harus dicari akar masalahnya.

“Respons yang reaktif tidak membantu saya mencapai kesetaraan."

"Pabrik semen itu heavy intensive machinery, ditambah kondisi lingkungan yang ekstrem dan butuh fokus tinggi."

"Bias yang muncul seringnya berasal dari kekhawatiran, apakah seorang perempuan mampu mengatasi situasi tersebut?” sebutnya.

Bukan argumentasi untuk menuntut kesetaraan gender, namun Reni menjawab tantangan tersebut dengan kinerja terbaik.

Ia ingin membuktikan bahwa kemampuannya tak kalah dengan gender lainnya. Pelan-pelan ia beroleh pengakuan tersebut, tanpa harus berkoar-koar minta diperlakukan sama.

 “Tapi itu semua adalah masa lalu. Saya yakin saat ini kesempatan lebih terbuka untuk gender apa pun, karena semuanya berbasis kompetensi,” ucapnya.

Lebih jauh Reni mengatakan, menjadi direktur operasi sebuah perusahaan sebesar SIG tidak pernah terlintas di benaknya.

Akan tetapi, bila bicara soal ini, ia punya pengalaman menarik ketika menjalani program talent development.

“Coach saya bertanya begini, ‘What is your career aspiration? Medium term goal? Long term goal? What will you do to achieve that?"

"Jangankan membayangkan atau bermimpi, bahkan saya tidak pernah berpikir mendalam saat menjawab pertanyaan tersebut,” kenangnya.

Dan, jawaban yang ia lontarkan ketika itu lebih dalam rangka segera menyelesaikan sesi career coaching .

“Saya selalu menjawab medium term career aspiration saya menjadi kepala pabrik, longer term aspiration saya menjadi manufacturing director."

"Karena saya selalu men- declare demikian, mungkin secara tidak sadar saya melakukan langkah-langkah menuju ke sana. Sehingga begitu kesempatan itu tiba saya dinilai sebagai kandidat yang sudah ready,” aku Reni.

Reni menilai, SIG dan BUMN lainnya saat ini telah memberikan kesempatan berkembang yang sama bagi perempuan maupun laki-laki.

Hal ini adalah respons atas business need bahwa kesetaraan gender merupakan salah satu cara untuk mendongkrak kinerja, karena dari sana akan timbul semangat saling melengkapi.

Oleh karena itu, untuk kaum perempuan Reni punya saran, “Di dunia kerja yang berbasis merit, sebaiknya lebih fokus pada kompetensi, kualifikasi, kinerja atau profesionalisme.”

Artikel ini telah terbit di https://www.kabarbumn.com/lipsus/114424626/direktur-operasi-sig-reni-wulandari-jawab-bias-gender-dengan-profesionalisme?page=3

 

Sumberwww.kabarbumn.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm