Selain itu, Indonesia juga dikatakan telah mengikuti tren otomotif masa depan dengan menghadirkan kendaraan yang lebih ramah lingkungan berbasis baterai.
Hal tesebut sesuai komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dan target Net Zero Emission pada tahun 2060, dengan berbagai dukungan kebijakan dan insentif yang telah dikeluarkan.
“Menggunakan filosofi right technology, right time, right uses, diharapkan semua dapat tumbuh bersama-sama tanpa perlu mematikan satu sama lain. Sehingga kontribusi otomotif terhadap ekonomi nasional bisa tetap dijaga dan bertumbuh," kata Putu.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, pemerintah terus mendorong peningkatan penggunaan komponen lokal sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan pada impor.
“Dukungan terhadap supplier dalam negeri tidak hanya akan memperkuat ekonomi domestik tetapi juga meningkatkan ketahanan rantai pasok, menciptakan manfaat jangka panjang bagi seluruh sektor,” katanya.
Dalam kesempatan sama, Putu juga mendukung rangkaian pameran GIIAS di tahun ini sebagai upaya merangsang daya beli masyarakat terhadap sektor otomotif nasional.
Sebab pada gelarannya di Tangerang beberapa waktu lalu, total transaksi penjualan mencapai 34.000 unit atau naik 27 persen, dengan nilai transaksi lebih dari Rp 18,8 triliun.
“Kami berharap, acara seperti GIIAS ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi sektor otomotif baik di Surabaya maupun secara nasional, tetapi juga meningkatkan pemahaman kepada masyarakat mengenai kemajuan produk otomotif Indonesia yang telah memenuhi standar internasional,” kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemenperin Lihat Peluang di Tengah Gejolak Otomotif Thailand", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2024/08/29/080200315/kemenperin-lihat-peluang-di-tengah-gejolak-otomotif-thailand.