Autisme memiliki dasar genetik yang kuat, meskipun faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perkembangan gangguan ini.
Studi menunjukkan bahwa kombinasi faktor genetik dan lingkungan, seperti komplikasi selama kehamilan dan paparan zat berbahaya, dapat berkontribusi pada risiko autisme.
Diagnosis ADHD biasanya dilakukan oleh psikolog atau psikiater anak melalui observasi perilaku dan penilaian berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders).
Tes psikologis dan laporan dari orang tua serta guru juga dapat digunakan.
Diagnosis autisme melibatkan penilaian yang lebih komprehensif, termasuk observasi langsung, wawancara dengan orang tua, dan penggunaan alat penilaian standar seperti ADOS (Autism Diagnostic Observation Schedule) dan ADI-R (Autism Diagnostic Interview-Revised).
- ADHD: Anak-anak dengan ADHD kesulitan memusatkan perhatian pada tugas-tugas yang membosankan atau membutuhkan usaha berkelanjutan. Mereka mudah teralihkan dan sering kali tidak menyelesaikan tugas.
- Autisme: Anak-anak dengan autisme mungkin dapat memusatkan perhatian pada hal-hal yang sangat mereka minati, tetapi kesulitan beralih perhatian atau mengarahkan perhatian pada hal-hal yang tidak menarik bagi mereka.
- ADHD: Hiperaktivitas dan impulsivitas adalah ciri khas ADHD. Anak-anak mungkin terlihat gelisah, sering bergerak, dan sulit untuk tetap diam atau tenang.
- Autisme: Anak-anak dengan autisme mungkin menunjukkan perilaku repetitif atau gerakan tubuh tertentu, tetapi tidak selalu hiperaktif. Mereka mungkin memiliki rutinitas yang kaku dan kesulitan dengan perubahan.
- ADHD: Anak-anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam interaksi sosial karena impulsivitas dan kesulitan memusatkan perhatian. Mereka mungkin tampak ceroboh atau tidak peka terhadap isyarat sosial.