Ilustrasi perempuan kerja
Ilustrasi perempuan kerja ( Kompas.com)

Kenapa Perempuan Kerja Punya Risiko Lebih Besar Bersaing dengan AI?

4 Januari 2025 08:54 WIB

SonoraBangka.id - Tak dipungkiri, tidak sedikit tantangan yang dihadapi perempuan kerja dalam berbagai bidang.

Mulai dari kesenjangan upah, stereotip gender, hingga hal-hal lain yang lebih kompleks.

Bukan itu saja, saat ini perempuan kerja juga dihadapkan dengan tantangan baru seiring berkembangnya teknologi.

Dibandingkan laki-laki, perempuan rupanya dinilai paling rentan menghadapi persaingan dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Lantas, mengapa demikian?

Mengutip dari laman Kompas.comDirektur IMD World Competitiveness Center (WCC), Arturo Bris, mengatakan bahwa kecerdasan buatan memang menjanjikan efisiensi dan meningkatkan produktivitas.

Namun, penggunaan AI juga mengancam sejumlah lapangan pekerjaan, khususnya sektor-sektor yang bergantung pada pekerjaan repetitif yang bisa diotomatisasi.

"Pekerja perempuan paling terdampak oleh perubahan ini," ujar Arturo Bris.

Lebih dalam, Arturo Bris menambahkan bahwa terdapat tiga poin penting dalam pengaruh AI terhadap ketersediaan lapangan kerja.

Adapun tiga poin penting yang dimaksud yakni:

1. Menghilangkan Sejumlah Lapangan Kerja

Tantangan pertama dari pengaruh AI terhadap perempuan kerja adalah hilangnya sejumlah lapangan kerja yang ada.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memikirkan bagaimana cara untuk membuka lapangan kerja baru.

2. Lapangan Kerja di Negara Maju Lebih Terdampak

Berdasarkan data dari Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) dan PBB, AI akan mengubah atau menggantikan 5,5 persen pekerjaan di negara berpendapatan tinggi, serta hanya kurang dari 0,4 persen di negara berpendapatan rendah.

"Negara berpendapatan rendah lebih sedikit terdampak karena terbatasnya akses teknologi," ujarnya.

3. Memperburuk Inklusi dan Menciptakan Diskriminasi Pekerja Perempuan

Lebih lanjut, data ILO menunjukkan bahwa perbedaan gender ternyata memberikan  dampak berbeda akibat automasi pekerjaan dengan AI.

Bagaimana tidak, sebanyak 7,9 persen pekerja perempuan di negara maju lebih banyak terdampak otomatisasi pekerjaan dengan AI ketimbang laki-laki dengan persentase 2,9 persen.

Sedangkan untuk wilayah negara berkembang, sebanyak 2,7 persen perempuan lebih terdampak AI ketimbang laki-laki dengan persentase 3,1 persen.

Menurut Arturo Bris, penggunaan AI untuk perekrutan, promosi, dan evaluasi kerja diperlukan evaluasi ulang agar tidak terjadi diskriminasi gender, imbas algoritma kecerdasan buatan yang dipakai.

Pemerintah disarankan untuk mengambil kebijakan dan segera melakukan antisipasi.

Misal, menyiapkan pelatihan ulang tenaga kerja atau penanggulangan terhadap tingkat pengangguran dari mereka yang terdampak AI.

Langkah pencegahan ini diperlukan untuk mencegah gejolak sosial yang berdampak pada kemampuan suatu negara untuk menarik talenta asing.

Diungkapkan bahwa, tenaga ahli asing kurang berminat untuk masuk ke negara-negara yang memiliki masalah sosial, sehingga mereka memilih lari ke negara lain.

Jadi, dengan kurangnya daya tarik ini ujungnya akan berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi.

Artikel ini telah terbit di https://www.parapuan.co/read/534154820/perempuan-kerja-punya-risiko-lebih-besar-bersaing-dengan-ai-kenapa?page=all

SumberParapuan.co
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm