Sehingga Raja Surga memberikan banyak kemakmuran pada keluarga yang merayakan Imlek.
Kue keranjang diletakkan pada altar persembahan saat upacara sembayang leluhur.
Kemudian di tujuh hari sebelum imlek dan puncak malam perayaan imlek.
Kue keranjang tidak akan dimakan sampai perayaan Cap Go Meh atau malam ke 15 setelah tahun baru Imlek.
Makanan cadangan perang
Ada versi lain sejarah kue keranjang ini.
Dipercaya kue ini dari daerah Suzhuo sejak 2.500 tahun lalu di mana Tiongkok masih berupa beberapa kerjaan.
Suzhou yang merupakan ibu kota kerajaan Wu membuat benteng untuk melindungi dari musuh.
Di saat itu juga dikhawatirkan akan terjadi erang besar.
Salah satu perdana menterinya, Wu Sizu, memberi pesan yang sangat mengejutkan.
Yakni, bila terjadi sesuatu dan kota kehabisan pasokan makan, agar menggali lubang di bawah tembok benteng.
Dan, benar saja ketika negara kehabisan makanan karena dikepung, mereka menggali tembok.
Di situ ada banyak tumpukan kue keranjang yang sengaja disimpan sebagai cadangan makanan.
Sejak saat itu setiap tahunnya orang-orang membuat kue keranjang untuk mengenang jasa Wu Sizu.
Industri lokal
Kue keranjang terbuat dari tepung ketan dicampur gula. Teksturnya kenyal dan lengket, mirip dodol.
Untuk membuat kue ini membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama.
Sejak Imlek dirayakan secara nasional, produksi kue keranjang semakin meningkat.
Beberapa daerah produsen kue kerangjang, yakni Tangerang, Bogor, Sukabumi, Pontianak, Semarang, dan Yogyakarta.
Di Indonesia sendiri kue keranjang menjadi sebuah industri lokal.
Artikel ini telah terbit di https://www.kabarbumn.com/ragam/115537804/sejarah-berusia-ribuan-tahun-kue-keranjang-sehingga-selalu-hadir-dan-disajikan-di-setiap-perayaan-imlek?page=3#google_vignette