Bagikan :
SONORABANGKA.ID - Adalah Nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Selasa (25/3/2025), rupiah ditutup di level Rp 16.622 per dollar AS. Angka ini hampir menyentuh level terendah dalam sejarah, yaitu Rp 16.900 per dollar AS pada 17 Juni 1998.
Melemahnya nilai tukar rupiah tentu bisa memengaruhi kehidupan dan perekonomian masyarakat umum. Serta berdampak pada sejumlah industri, tak terkecuali untuk industri otomotif.
Kendati demikian, PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) menyebut bahwa lemahnya nilai tukar rupiah tidak serta merta berdampak pada industri otomotif.
Chief Operating Officer (COO) PT HMID Fransiscus Soerjopranoto menjelaskan, saat ini nilai tukar mata uang rupiah memang melemah terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi geopolitik global.
Tapi, dalam menjalankan bisnis, terutama yang berhubungan erat dengan penggunaan USD, menurut Frans, sudah dilindungi dengan strategi Hedging.
“Di dalam melakukan bisnis, apalagi bisnis yang erat hubungannya dengan penggunaan USD, biasanya sudah dilindungi dengan menggunakan hedging. Hal ini akan melindungi pebisnis (termasuk di industri otomotif) dari resiko pelemahan nilai tukar mata uang,” kata Frans, kepada Kompas.com, Kamis (27/3/2025).
Di sisi lain, Frans menambahkan, indeks harga saham beberapa hari belakangan menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini diharapkan bisa menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi sinyal positif bagi perekonomian Indonesia,” kata Frans.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanggapan Hyundai Soal Pelemahan Rupiah", Klik untuk baca: https://otomotif.kompas.com/read/2025/03/28/122200115/tanggapan-hyundai-soal-pelemahan-rupiah.
