Di tahun 1970-an, ketika tren motif tie-dye mulai muncul, dunia mengalami pergeseran di bidang politik dan budaya, yang kondisinya mirip dengan saat ini.
Sementara itu CEO merek athleisure Onzie, Kimberly Swarth berpendapat bahwa orang-orang mencari rasa kebebasan, dan motif ikat-clup mewakili perasaan ini.
" Motif ikat-celup mengembalikan perasaan dari periode bentuk bebas 'hippy' revolusioner dalam sejarah. Melalui motif ini, orang dapat memancarkan perasaan itu," lanjut dia.
Senior vice president merchandise dan desain merk Chico, Kelly Cooper, mengatakan motif ini telah menonjol selama 37 tahun terakhir di dunia fesyen.
“Dari catwalk ke barang-barang dekorasi di rumah, tak diragukan lagi motif ini harus dimiliki di musim panas. Dengan adanya pandemi dan konsumen menghabiskan lebih banyak waktu di rumah, fesyen nostalgia kembali populer pada produk yang memberi kenyamanan,” kata Cooper.
Marci meyakini, walaupun motif ikat celup identik dengan musim panas, namun tren ini akan terus berlanjut, terutama untuk busana olahraga dan streetwear.
“Motif ini sering muncul tak terikat pada musim. Warna yang lebih gelap juga bisa diterapkan pada koleksi musim dingin,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kembalinya Motif "Tie Dye" Penuh Warna",
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/07/28/072528220/kembalinya-motif-tie-dye-penuh-warna.