SonoraBangka.id - Disaat merebaknya virus corona di Indonesia hingga ditetapkan sebagai pandemi Covid-19 tentu berimbas ke dunia pendidikan.
Anak - anak sekolah mulai belajar dirumah secara daring.
Sejak dimulainya belajar secara daring inilah, tidak sedikit para orangtua yang mengeluhkan kesulitan untuk mendampingi anak-anaknya belajar di rumah.
Keluhan banyak kita temui di berbagai media sosial.
Sementara itu sikap keras orangtua saat menjadi “guru” pendamping bagi anak bisa membuat anak tidak nyaman belajar, bahkan makin stres dan mogok mengikuti pelajaran.
“ Saat orangtua stres atau tidak mendukung anak, anak juga dapat merasakannya “ demikian dijelaskan seorang psikolog keluarga Ajeng Raviado.
Ditambahkan Ajeng dalam acara diskusi media yang diadakan oleh Frisian Flag Indonesia secara virtual (29/7) bahwaUntuk dapat lingkungan belajar yang kondusif, perlu komunikasi yang efektif. Ini bisa dicapai jika orangtua mengenali dan memahami karakter kepribadian anak sehingga bisa menyesuaikan diri.
Pada anak usia dini yang belum bisa mengekspresikan perasaannya, orangtua bisa mengamatinya dari ekspresi dan bahasa tubuh anaknya.
Orangtua juga perlu untuk memahami kebutuhan sang anak.
Seperti memberi anak motivasi, pembiasaan, serta penerapan disiplin positif untuk anak.
Suasana Belajar
Gezta Pattiasina salah seorang staf pengajar pendidikan anak usia dini mengatakan bahwa pembelajaran jarak jauh memang bukan metode belajar yang ideal untuk anak, tetapi bisa dilakukan dengan kebiasaan.
Sebagai orang tua, ditambahkan Gezta, bisa membantu anak agar metode belajar ini sebagai rutinitas baru.
Ia juga menambahkan bahwa sebagai orangtua harus menyiapkan suasana hati supaya anak siap belajar. Cek rencana belajar dari sekolah dan menyiapkan materi yang dibutuhkan. Jangan pas sudah dimulai lalu repot mencari materi, padahal oleh guru sudah diberitahu jauh-jauh hari.
Menurut Gezta, orangtua bisa membantu anak belajar lewat berbagai hal, misalnya menggunakan mainan atau barang di rumah. Disamping jadwal pelajaran di sekolah tentunya.
“Anak usia dini juga bisa belajar dan bermain di halaman dan taman, belajar berhitung dengan engklek, atau membuat boneka dengan kaos kaki bekas. Kegiatan ini mendorong anak tetap aktif dan membuat kreatif,” katanya.
Menurut Ajeng, orangtua tidak perlu memaksakan diri jika tidak menguasai materi dalam mendampingi anak mengerjakan pelajaran dari sekolah.
Ajeng menyarankan untuk mencari bantuan supaya orangtua juga nyaman, misalnya dengan bertanya pada guru atau om dan tantenya. Sehingga anak merasa ada kemudahan memahami. Orangtua jangan terbelenggu merasa harus jadi guru bagi anak.
Jika anak selalu kesulitan memahami materi yang diberikan, amati apakah gaya belajarnya sudah sesuai dengan karakter anak.
Karena karakter anak berbeda. Ada anak yang lebih gampang mengerti jika langsung dilakukan praktek atau ada juga yang mengerti jika diberi penjelasan lewat video dan eksplorasi langsung di sekitar rumah.
Membuat manajemen waktu yang baik juga diperlukan, tidak cuma untuk anak tapi juga orangtua. Bila anak butuh selalu didampingi, orangtua bisa mengatur kapan harus mengerjakan tugas domestik.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Agar Anak Bisa Gembira Sekolah di Rumah",