Beberapa dokter melaporkan, pasien Covid-19 masuk ke rumah sakit dengan kadar oksigen di 50 persen atau lebih rendah.
Sementara itu angka di bawah 90 persen dinilai terlalu rendah.
Menurut Mayo Clinic, pembacaan kadar oksigen normal menggunakan pulse oximeter berkisar antara 95 persen hingga 100 persen.
Sementara denyut jantung istirahat normal berkisar antara 60 hingga 100 BPM.
Pada umumnya, denyut jantung rendah lebih baik, karena denyut jantung rendah biasanya merupakan indikasi sistem kardiovaskular yang kuat.
Level oksigen dalam tubuh bisa juga diakibatkan oleh penyakit paru-paru, seperti Covid-19.
Oleh karena itu, di beberapa negara, pulse oximeter banyak dicari karena dianggap bisa membantu mendeteksi virus corona.
Sebenarnya apakah kita memang benar-benar membutuhkanya ?
Jonathan Parsons, MD, seorang Spesialis Penyakit Paru dari Wexner Medical Center, Ohio State University, menerangkan mengapa kita tidak terlalu memerlukan perangkat tersebut.
Menurut dia, ada kalanya pemantauan di rumah diperlukan oleh pasien, terutama pasien yang memiliki penyakit paru-paru kronis atau bergantung pada kadar oksigen.
" Pulse oximeter mungkin bisa membantu mengukur kesehatan seseorang dan angkanya dapat dipahami."
Karena pengecekan menggunakan pulse oximeter adalah bagian dari perawatan mereka yang sebagian besar perlu diawasi oleh dokter.
Ia juga mengungkapka bahwa perangkat ini saja tidak dapat menyampaikan informasi secara lengkap.