SonoraBangka.id - Pulse oximeter adalah perangkat medis yang telah menyelamatkan jutaan nyawa, bahkan di tengah pandemi Covid-19 ini menjadi alat perang utama dalam melawan virus corona baru.
Perangkat ini berukuran kecil, biasanya dijepitkan pada ujung jari tangan pasien di rumah sakit.
Sebagian besar posisi penempatan alat ini membutuhkan sisi kuku atas.
Dilansir CNET, pulse oximeter berfungsi untuk mengukur saturasi oksigen dalam sel darah merah dan detak jantung.
Karena dianggap bisa mendeteksi covid-19 maka pulse oximeter ini banyak di cari.
Cara kerja alat ini dengan menyinari kulit melalui ujung jari, kemudian mendeteksi warna dan pergerakan sel darah dalam tubuh.
Sel darah teroksigenasi berwarna merah cerah, sel terdeoksigenasi berwarna merah tua.
Untuk menghitung saturasi oksigen ke dalam persentase, perangkat ini kemudian akan membandingkan jumlah sel darah merah terang dan sel darah merah gelap.
Contonya, pembacaan 99 persen berarti hanya satu persen sel darah di aliran darah kita yang kekurangan oksigen.
Setiap kali jantung berdetak, darah akan terpompa ke seluruh tubuh dalam denyut nadi cepat.
Pulse oximeter akan mendeteksi gerakan ini, dan menghitung detak jantung dalam detak per menit, atau BPM.
Beberapa dokter melaporkan, pasien Covid-19 masuk ke rumah sakit dengan kadar oksigen di 50 persen atau lebih rendah.
Sementara itu angka di bawah 90 persen dinilai terlalu rendah.
Menurut Mayo Clinic, pembacaan kadar oksigen normal menggunakan pulse oximeter berkisar antara 95 persen hingga 100 persen.
Sementara denyut jantung istirahat normal berkisar antara 60 hingga 100 BPM.
Pada umumnya, denyut jantung rendah lebih baik, karena denyut jantung rendah biasanya merupakan indikasi sistem kardiovaskular yang kuat.
Level oksigen dalam tubuh bisa juga diakibatkan oleh penyakit paru-paru, seperti Covid-19.
Oleh karena itu, di beberapa negara, pulse oximeter banyak dicari karena dianggap bisa membantu mendeteksi virus corona.
Sebenarnya apakah kita memang benar-benar membutuhkanya ?
Jonathan Parsons, MD, seorang Spesialis Penyakit Paru dari Wexner Medical Center, Ohio State University, menerangkan mengapa kita tidak terlalu memerlukan perangkat tersebut.
Menurut dia, ada kalanya pemantauan di rumah diperlukan oleh pasien, terutama pasien yang memiliki penyakit paru-paru kronis atau bergantung pada kadar oksigen.
" Pulse oximeter mungkin bisa membantu mengukur kesehatan seseorang dan angkanya dapat dipahami."
Karena pengecekan menggunakan pulse oximeter adalah bagian dari perawatan mereka yang sebagian besar perlu diawasi oleh dokter.
Ia juga mengungkapka bahwa perangkat ini saja tidak dapat menyampaikan informasi secara lengkap.
Berikut beberapa alasan lain mengapa kita tidak perlu memiliki pulse oximeter :
1. Angka pulse oximeter tidak selalu berkorelasi dengan tingkat penyakit
Parsons mengungkapkan, ada orang-orang yang tetap merasa tidak enak badan, meskipun tingkat oksimetri nadinya sangat baik.
Di rumah sakit, pulse oximeter bukan satu-satunya perangkat kesehatan yang digunakan untuk mengukur kesehatan pasien.
Untuk itu, ia menyarankan agar kita sebaiknya tidak bergantung pada satu perangkat.
2. Menghabiskan waktu melihat angka
Karena perangkat itu terlalu mudah difiksasi, maka Parsons pun biasanya tidak akan memberikan pulse oximeter kepada pasiennya.
Beberapa pasien akan menyimpan data di dalamnya yang menjadi tidak relevan dengan kesehatan mereka secara keseluruhan.
"Jika saya diberitahu pasien bahwa tingkat oksigen biasanya di 97 namun sekarang di 93, apa artinya itu? Dalam ruang hampa, itu tidak ada artinya," kata dia.
Meski begitu, Parsons memahami keinginan banyak orang untuk memiliki kendali atas tubuhnya masing-masing di masa pandemi Covid-19.
Ia menegaskan, pulse oximeter hanyalah salah satu perangkat pengukur kesehatan dan para dokter perlu mengetahui informasi lebih banyak untuk menerjemahkan apa yang terjadi pada tubuh.
Parsons menyarankan bahwa jika kita merasakan gejala, berkonsultasilah dengan dokter dan biarkan pulse oximeter tetap tersimpan di lemari.
Nah, tindakan terbaik adalah membatasi paparan dan memberi perhatian lebih terhadap apa yang kita rasakan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dianggap Bisa Deteksi Covid-19, Perlukah Kita Punya Pulse Oximeter?", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/07/094557320/dianggap-bisa-deteksi-covid-19-perlukah-kita-punya-pulse-oximeter?page=3.