SonoraBangka.ID - Kabar tentang wafatnya Jakob Oetama yang merupakan salah satu Pendiri Kompas Gramedia, tentu menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga, insan pers maupun segenap karyawan dibawah naungan Kompas Gramedia.
Jakob Oetama meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta usai menerima perawatan.
Berdasarkan informasi, Jenazah Jakob Oetama akan disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia, Jakarta dan rencananya akan dimakamkan Kamis (10/9/2020) besok di Makam Taman Pahlawan, Kalibata.
Tokoh Pers Indonesia yang akrab disapa Pak JO ini telah meninggalkan berbagai prestasi dan nilai-nilai yang tinggi untuk keluarga dan bangsa Indonesia.
Berikut profil singkat Jakob Oetama
Jakob Oetama adalah seorang pria yang lahir di Desa Jowahan (tak jauh dari Candi Borobudur) Magelang, Jawa tengah 27 September 1931.
Awalnya Jakob bercita-cita menjadi pastor dan sempat mengawali karirnya sebagai seorang guru hingga akhirnya menjadi salah satu pendiri surat kabar Kompas.
Pendiri Kompas Gramedia ini merupakan putra pertama dari 13 bersaudara.
Ayahnya bernama Raymundus Josef Sandiyo Brotosoesiswo seorang pensiunan guru Sekolah Rakyat di Sleman, Yogyakarta dan ibunya bernama Margaretha Kartonah.
Begitu lulus dari SMA Seminari di Yogyakarta, Jakob sempat berprofesi sebagai guru SMP di dua sekolah yaitu SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP Van Lith di Jakarta.
Sembari mengajar siswa/I SMP, ia melanjutkan studinya pada tingkat tinggi.
Selanjutnya, pada tahun 1955, sebelum mengambil pendidikan Ilmu Sejarah di sekolah Guru, Jakarta, Jakob sempat bekerja sebagai redaktur Mingguan Penabur Jakarta.
Setelah lulus, ia melanjutkan studinya dalam bidang jurnalisme di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Jurusan Publisistik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada tahun 1963, Jakob bersama P.K. Ojong mendirikan majalah yang bernama Intisari yang bertemakan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, yang edisi perdananya terbit pada 17 Agustus 1963.
Majalah Intisari memiliki tujuan untuk memberi bacaan bermutu dan membuka cakrawala masyarakat Indonesia.
Eratnya persahabatan Jakob Oetama dengan P.K. Ojong bisa jadi berawal dari kesamaan pandangan politik dan nilai kemanusiaan yang dianut.
Kala itu berdirinya majalah Intisari dirasa kurang cukup.
Sehingga dua tahun setelah majalah intisari terbit, tepatnya pada tanggal 28 Juni 1965, Jakob dengan P.K. Ojong kembali bekerja sama dan melahirkan sebuah surat kabar yang diberi nama Kompas.
Nama Kompas diberikan langsung oleh Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah.
Sebelumnya dipilih nama ‘Bentara Rakyat’ yang berarti koran itu ditujukan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat.
Moto yang dipilih pun 'Amanat Penderitaan Rakyat'. Namun, saat itu Presiden Soekarno kurang setuju dan mengusulkan nama 'Kompas'.
Kemudian dari perkembangan Kompas inilah berdiri kelompok usaha Kompas Gramedia lainnya.
Kini Kelompok Kompas Gramedia telah berkembang pesat dengan memiliki ratusan toko buku, percetakan, radio, media cetak, media online, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun televisi hingga perguruan tinggi.
Pria yang mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada ini terkenal akrab dengan banyak rekan wartawan senior seperti Adinegoro, Padad Harahap, Kamis Pari, Mochtar lubis, dan Rosihan Anwar.
Bahkan dengan kerendahan hatinya, seorang Jakob Oetama lebih senang dan bangga disebut wartawan ketimbang pengusaha.
Dari para wartawan senior itulah, Jakob terinspirasi dan mapu mewariskan jiwa kemanusiaan serta prinsip jurnalistik yang amat teguh selama hidupnya.
Hal tersebut lah yang membuatnya menginspirasi banyak orang hingga mampu menjadikan dirinya dikenal seperti saat ini.