Sifat perhitungan yang dimiliki Sandhy wajar apabila melihat perjuangannya mencari nafkah di masa lalu.
Sandhy Sondoro pernah mengamen, masuk ke kereta satu dan lainnya, dan sering diusir petugas.
“Di Berlin, kayak MRT gitu, ternyata ada banyak pengamen, gue gabung. Itu kita masuk dalam train dan nyanyi di dalamnya. Orang Indonesia soalnya ribet cari pekerjaan sampingan di sana,” tuturnya.
Dengan mengamen, Sandhy memperoleh hasil yang cukup menggiurkan. Per jamnya, ia bisa memperoleh 25 Euro atau setara dengan Rp 250.000.
“Biasanya per jam bisa 25 euro, jadi kalau dari pagi main gua bisa dapet 100 Euro,” ujar Sandhy.
Pernah hidup di masa yang sangat sulit membuat Sandhy lebih menghargai tiap hasil kerja keras yang sering keliru dinilai orang sebagai sikap perhitungan. “Gue sering banget dinilai perhitungan sama orang.
Gue sukses karena perhitungan, harus bisa bedain mana perhitungan dan mana pelit,” ujar Sandhy Sondoro.
Dekat dengan alat musik selama pandemi
Masa pandemi ini dimanfaatkan Sandhy jadi sarana mengasah kreativitas bagi penyanyi.
Meski pekerjaan sepi karena banyak jadwal panggung yang dibatalkan, pelantun "Malam Biru" ini justru memiliki banyak waktu menulis lagu.
Selain itu, Sandhy juga memiliki waktu untuk dekat lagi dengan alat-alat musiknya.
"Jadi deket lagi sama alat-alat musik gue. Gua sering beli gitar, jarang pakai. Begitu gue pakai jarang nyatu," ujar Sandhy Sandoro.
Dengan memainkan gitarnya lagi, Sandhy Sondoro kemudian bisa kedatangan inspirasi untuk terus menciptakan lagu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sandhy Sondoro, dari Mengamen hingga Sukses karena Perhitungan", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2020/10/14/075258166/sandhy-sondoro-dari-mengamen-hingga-sukses-karena-perhitungan?page=2.