Dengan kondisi seperti sekarang, mau tidak mau promotor konser ataupun festival harus menyesuaikan diri.
"Mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan kondisi begini," kata Anas Syahrul Alimi, CEO Prambanan Jazz Festival dan Founder Rajawali Indonesia.
Anas yang sukses menggelar Prambanan Jazz 2020 secara hybrid mengatakan dengan adaptasi cara-cara baru, mereka bisa menunjukkan kalau kondisi saat ini tidak membuat para promotor menyerah.
Hal serupa juga dilakukan Berlian Entertainment, yang mulai membuat proyek-proyek konser adaptif.
"Konsep-konsep ini kita jalankan karena kondisi saat ini," kata Dino Dino Hamid, Ketua APMI dan CEO Berlian Entertainment.
Dibentuknya APMI
Kalau sebelumnya para promotor yang ada di Indonesia seperti bersaing dan saling menyembunyikan rencana, tidak demikian setelah pandemi Covid-19.
Sejumlah promotor musik justru bersatu untuk bisa saling menguatkan satu sama lain.
Dengan dibentuknya Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) diharapkan industri ini ke depannya bisa memiliki iklim persaingan yang lebih baik dan bisa bertahan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Salah satunya seperti tidak lagi berebut venue, tanggal konser atau festival yang tidak berdekatan jika konser mengusung tema sama, dengan harapan penonton tak terpecah.
"Salah satu misi kita ke depan mengenai schedule. Sebelum bersahabat, mengenai schedule ini crucial juga apalagi secara bisnis, apalagi ada dua festival besar, audience terpecah," kata Dino Hamid, Ketua APMI dan CEO Berlian Entertainment.
Penonton diperkirakan tak kembali 100 persen
CEO of North Agenda dan anggota tim produksi Coachella serta Stagecoach, Sean Sandoval, mengatakan, kalaupun pemerintah sudah mengizinkan konser kembali digelar, belum tentu penontonnya sama seperti sebelum terjadi pandemi.