SonoraBangka.ID - Bagi anak konser, tahun 2020 merupakan tahun yang tidak akan bisa dilupakan.
Begitu banyak rencana indah yang akhirnya harus direlakan. Sejak awal pandemi Covid-19 hingga saat ini, sudah tak terhitung berapa banyak konser musik, festival yang dibatalkan.
Walaupun disebut-sebut bisa mendatangkan turis lewat gelaran konser, industri yang satu ini sampai sekarang masih terseok dan belum ada titik terang kapan mereka bisa kembali beraktivitas.
Berbagai cara dilakukan, dari menggelar konser drive in, streaming, hingga dibentuknya asosiasi yang mewadahi para promotor Indonesia. Dengan harapan ke depannya promotor di Indonesia bisa bersaing lebih sehat.
Penasaran seperti apa kata para promotor tentang konser musik dan apa yang menjadi tren di tahun depan, berikut ulasannya.
Tahun 2021 tetap ada rencana
Sampai saat ini belum ada yang tahu pasti akan seperti apa tahun 2021 nanti untuk industri ini. Namun, para pekerja di dalamnya tetap harus bertahan.
Oleh karenanya, promotor-promotor musik ternama sudah membuat rencana, terlepas apakah tahun depan itu bisa terwujud atau tidak.
"Kayaknya harus, planning harus jalan. Karena pengaruhnya bukan hanya terhadap penyelenggara tapi pekerja industri," kata Dewi Gontha, Presiden Direktur PT Java Festival Production.
"Data April, pekerja industri kreatif yang terimbas 200.000-an orang tidak bekerja, kalau kita menyelenggarakan acara, kita mendukung industrinya. Bilamana diizinkan, kita tetap ikuti aturan pemerintah, kita harus jalan, kembali beraktivitas," lanjutnya.
Akan tetapi semua kembali pada vaksin. Selama vaksin belum ditemukan, promotor masih menahan untuk menggelar konser offline seperti dulu.
Harus adaptasi
Dengan kondisi seperti sekarang, mau tidak mau promotor konser ataupun festival harus menyesuaikan diri.
"Mau tidak mau kita harus beradaptasi dengan kondisi begini," kata Anas Syahrul Alimi, CEO Prambanan Jazz Festival dan Founder Rajawali Indonesia.
Anas yang sukses menggelar Prambanan Jazz 2020 secara hybrid mengatakan dengan adaptasi cara-cara baru, mereka bisa menunjukkan kalau kondisi saat ini tidak membuat para promotor menyerah.
Hal serupa juga dilakukan Berlian Entertainment, yang mulai membuat proyek-proyek konser adaptif.
"Konsep-konsep ini kita jalankan karena kondisi saat ini," kata Dino Dino Hamid, Ketua APMI dan CEO Berlian Entertainment.
Dibentuknya APMI
Kalau sebelumnya para promotor yang ada di Indonesia seperti bersaing dan saling menyembunyikan rencana, tidak demikian setelah pandemi Covid-19.
Sejumlah promotor musik justru bersatu untuk bisa saling menguatkan satu sama lain.
Dengan dibentuknya Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) diharapkan industri ini ke depannya bisa memiliki iklim persaingan yang lebih baik dan bisa bertahan di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Salah satunya seperti tidak lagi berebut venue, tanggal konser atau festival yang tidak berdekatan jika konser mengusung tema sama, dengan harapan penonton tak terpecah.
"Salah satu misi kita ke depan mengenai schedule. Sebelum bersahabat, mengenai schedule ini crucial juga apalagi secara bisnis, apalagi ada dua festival besar, audience terpecah," kata Dino Hamid, Ketua APMI dan CEO Berlian Entertainment.
Penonton diperkirakan tak kembali 100 persen
CEO of North Agenda dan anggota tim produksi Coachella serta Stagecoach, Sean Sandoval, mengatakan, kalaupun pemerintah sudah mengizinkan konser kembali digelar, belum tentu penontonnya sama seperti sebelum terjadi pandemi.
Dia berkaca pada bioskop, di mana walaupun diharapkan dari kursi-kursi yang disediakan bisa diisi penonton, tapi ternyata tidak demikian.
"Kita mungkin beranggapan bahwa saat bioskop dibuka, orang-orang akan semangat kembali ke bioskop, tapi ternyata tidak. Sampai sekarang tidak seperti sebelum pandemi," kata Sean.
Pendapat senada juga diutarakan Dino. Menurutnya. kalaupun tahun 2021 sudah boleh ada konser ataupun festival, tidak akan bisa langsung kembali normal.
"Tahun 2021 masih adaptif, tapi dengan percentage tidak seperti sekarang, tapi masih belum kembali normal. Kalau normal sesungguhnya, (tahun) 2022," kata Dino.
Dino menyebut tahun 2021 bisa saja ada konser, tapi dengan format masih mengikuti protokol kesehatan atau masih menggelar konser hybrid.
Konsep baru konser akan tetap bertahan
Kondisi saat ini membuat semua yang serba digital seakan dipercepat. Salah satunya gelaran konser yang tak lagi hanya bisa dinikmati offline, tapi penyelenggara berusaha menghadirkan pengalaman konser sesungguhnya meskipun melalui streaming.
"Yang paling mungkin hybrid, offline dan online digabung, tapi sampai saat ini sponsor pun belum bisa menjawab. Yang bisa dijawab ya sisi production-nya," kata Dewi Gontha.
"Eksposure hybrid, kondisi sekarang ataupun tidak it should be the future, kalau mau reach orang lebih banyak," imbuhnya.
Itu juga yang kemudian menuntut penyelenggara konser untuk kemudian menghadirkan pengalaman konser live streaming dengan kualitas lebih baik, agar orang bersedia membayar.
"Saya rasa live stream sederhana akan hilang, dan saya rasa live stream yang lebih canggih akan berhasil. Orang-orang akan bersedia membayar untuk (menonton) live stream karena akan mendapatkan pengalaman yang lebih baik," kata Nick Royaards, Kepala manajemen artis di Tomorrowland.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Menarik Konser dan Festival Musik Setelah Pandemi Covid-19", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/16/080610166/5-fakta-menarik-konser-dan-festival-musik-setelah-pandemi-covid-19?page=3.