SonoraBangka.id - Pandemi Covid-19 mengakibatkan pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengalami perlambatan. Namun, pandemi ini tidak serta merta menjadi penghalang untuk terus membangun Babel. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gubernur Babel Erzaldi Rosman.
Gubernur Erzaldi menyebutkan, dampak Covid -19 sangat luar biasa, hampir semua lini terganggu dan imbasnya pembangunan melambat. Walaupun demikian, pemerintah provinsi telah berupaya semaksimal mungkin agar pembangunan tetap berjalan dengan tetap mengedepankan keselamatan masyarakat.
"Kita harus bisa bertahan di situasi tidak normal akibat pandemi, masyarakat kita harus sehat dan ekonomi kita pun harus kuat. Didukung dengan sikap dan keinginan untuk menjalankan tatanan protokol kesehatan, itulah kuncinya,” ujar Gubernur.
Namun,Dia menyayangkan, saat ini masyarakat kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan. Akibatnya, jumlah pasien terkonfirmasi di Babel mengalami peningkatan, terutama di Kabupaten Bangka, Kota Pangkalpinang, dan Belitung. Menurutnya, sosialisasi sudah dilakukan secara berulang oleh setiap komponen, baik dari pemerintah provinsi, kabupaten, kota, serta semua elemen masyarakat.
"Kita semua sudah lelah, para perawat dan dokter kita pun lelah. Tetapi jangan sampai kita menyerah karena kita ingin masyarakat sehat dan pembangunan tetap berjalan,” tuturnya
Lebih lanjut, Gubernur Erzaldi mengatakan dampak Covid -19 di Bangka Belitung sangat jelas. Pertumbuhan ekonomi Babel pada Triwulan III mengalami kontraksi sebesar 4, 38 % (yoy) dan sekarang beranjak ke arah yang positif, tetapi tidak signifikan. Salah satunya karena relaksasi pertambangan masih belum mampu memberikan daya ungkit ekonomi. Sejalan dengan hal tersebut, Pemprov. Babel juga berupaya meningkatkan perekonomian daerah dari sektor pertanian, perikanan, perkebunan, serta sektor pendukung lainnya.
"Berdasarkan data BPS per 1 Desember 2020, Nilai Tukar Petani (NTP) dari bulan Oktober sampai November 2020 di Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami kenaikan sebesar 3,39. Bisa dilihat dari kenaikan harga komoditi sawit di tingkat petani Rp 1.600 sampai dengan Rp 1.700, sedangkan harga di pabrik Rp 1.900. Hal ini dipicu karena sudah ada beberapa pabrik kelapa sawit baru yang mulai beroperasi. Begitupun harga lada saat ini juga mengalami kenaikan menjadi Rp 60.000 di tingkat petani dan saat ini, kita juga mengembangkan komoditi lain seperti tanaman porang dan jahe merah,” ungkapnya.