Ilustrasi
Ilustrasi ( Metromonitor)

Agar Jadi Pria Sejati, Berikut 15 Cara Mendidik Anak Laki-laki

18 Januari 2021 15:45 WIB

SonoraBangka.id - “Children are great imitators, so give them something great to imitate”

Karena anak-anak adalah peniru dari apa yang dilakukan orangtuanya, maka mendidik anak dengan kata-kata saja tidak cukup.

Sebagai orangtua, terutama seorang ayah, kita harus mengajari, memberi contoh, dan menjadikan hal-hal baik sebagai kebiasaan bila kita ingin anak kita tumbuh menjadi seorang pria sejati.

Tulisan ini merupakan pengalaman dari Ryan Link, penulis di Fatherly.com.

Dua tahun lalu dia membaca artikel di Huffington Post yang ditulis Justin Ricklefs berjudul “15 Things all Dads of Daughters Should Know.”

Karena anaknya laki-laki, maka ia menerapkannya dengan sedikit improvisasi, meski sebenarnya dasar-dasar itu sama saja.

Menurut Ryan Link, apa yang disampaikan di artikel terdengar mudah saja dilaksanakan.

Namun kenyataannya, ia tidak selalu bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karenanya ia selalu memperbaikinya, dan dengan begitu kehidupannya sendiri pun menjadi lebih baik.

Nah, setelah merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai anak-anak dan 10 tahun sebagai ayah saat membesarkan anak laki-lakinya, Ryan menemukan 15 catatan untuk mendampingi anaknya agar menjadi pria yang kuat, penyayang, penuh cinta, empati, dan peduli terhadap orang lain.

Catatan itu adalah:

Ajarkan kekuatan cinta dengan mengucapkan “aku sayang kamu” tiap ada kesempatan

Anak lelaki juga ingin disayangi oleh ayahnya sebagaimana anak perempuan.

Mungkin mereka mulai risih dipeluk ketika beranjak besar di usia belasan, namun anak lelaki sebenarnya selalu merindukan ungkapan sayang dari ayahnya.

Banyak di antara kita mungkin tidak lagi saling mengucapkan kata “sayang” kepada anak yang beranjak dewasa, karena berkaca pada pengalaman sendiri di mana ayah kita juga tidak lagi mengucapkan kata itu di masa remaja kita.

Namun hal itu bisa gantikan dengan ungkapan lain yang berarti sayang, seperti ucapan “Hati-hati di jalan ya”, atau “Selamat bersenang-senang ya”.

Itu cukup membuat anak merasa disayangi. Akan tetapi, bila dibiasakan, kata-kata sayang pun tidak akan terdengar canggung, bahkan bila anak Anda dewasa kelak.

Bayangkan betapa indahnya bila seorang anak mengatakan pada kita “I love you dad..”

Anda adalah contoh langsung soal bersikap pada orang lain

Anak-anak memperhatikan perilaku dan sikap kita. Bila Anda hormat pada orang lain, maka anak akan belajar menghormati.

Bila Anda kurang ajar, anak akan menirunya. Maka jagalah sikap kita.

Ajarkan kepada anak-anak bahwa semua orang di dunia setara dan berhak mendapatkan kasih sayang dan rasa hormat.

Jadilah orang yang bisa menghormati, seperti yang Anda inginkan terhadap anak Anda.

Jadilah ayah sekaligus temannya saat ia tumbuh besar

Kita, para lelaki pasti pernah melakukan hal-hal nakal dan konyol saat remaja.

Jadi jangan heran kalau anak kita pun akan seperti itu. Karena kita pernah mengalaminya, maka bersikaplah bijaksana bila anak kita melakukan sesuatu yang konyol di mata kita, misalnya mencoba merokok, nonton film porno atau memacari banyak cewek sekaligus.

Studi mendapati bahwa otak laki-laki butuh waktu lebih lama untuk menjadi dewasa dibanding perempuan. Inilah sebabnya lebih banyak remaja lelaki melakukan tindakan konyol.

Bila tindakan itu masih dalam batas kenakalan anak, biarlah dia belajar dari kesalahannya.

Saat itulah kita menjadi temannya. Namun bila tindakan itu sudah keterlaluan, menjurus kriminal, atau membahayakan dirinya dan orang lain, kita harus menjadi ayah yang tegas untuk kebaikan anak kita.  

Anak memperhatikan bagaimana kita memperlakukan ibunya

Bagaimana kita memperlakukan pasangan akan membentuk sikap anak terhadap perempuan dalam hidupnya termasuk terhadap pasangannya kelak.

“Salah satu hal terbaik yang bisa kita berikan untuk anak-anak kita adalah dengan mencintai ibu mereka,” ujar Ryan.

Gen Y disebut-sebut berbeda dari para pendahulunya, termasuk soal gaya mereka ketika menjadi orangtua.

Anak yang melihat ibunya disayang dan diperlakukan dengan baik oleh ayahnya, akan belajar menyayangi pasangannya kelak. Begitu pula sebaliknya.

Memperlihatkan emosi bukan hal yang tabu

Kita seringkali melarang anak kita menangis.

“Laki-laki tidak boleh menangis,” itu kata yang sering kita dengar.

Namun mengungkapkan emosi sebenarnya lebih sehat daripada memendamnya dan menjadikannya penyakit.

Masih banyak orang menganggap tangisan laki-laki adalah bentuk kelemahan.

Padahal tidak selamanya seperti itu. Bila anak lelaki Anda menangis karena sebuah alasan yang kuat, biarkan dia menangis.

Karena menangis bukanlah tanda dia lemah, melainkan menunjukkan bahwa kita juga manusia dan kita peduli.

Ajarkan untuk berani membela kebenaran

Anak-anak sebaiknya diajarkan untuk memiliki rasa percaya diri saat dia membela kebenaran.

Biarkan mereka juga tahu bahwa ayahnya mendukung sikap itu.

Kadang-kadang anak kita terpaksa menerima apa yang dia anggap sebagai ketidakadilan.

Misalnya dia dihukum di sekolah padahal bukan dia yang melakukan kesalahan, atau dia dipaksa menerima sebuah pelajaran tanpa ada kesempatan bertanya atau berdiskusi.

Untuk itu, biarkan dia membela hak-haknya. Anak-anak perlu diajarkan bahwa ada hal-hal tertentu di dunia ini yang harus ditegakkan.

Buatlah banyak kenangan untuk diingat saat anak Anda dewasa kelak

Sedih rasanya bila kita tidak punya kenangan indah bersama ayah kita.

Lebih sedih lagi bila anak anda tidak punya kenangan indah bersama Anda.

Maka jadikanlah momen-momen dengan anak sebagai sesuatu yang istimewa, sesuatu yang indah, yang akan diceritakan anak-anak kita pada orang-orang lain kelak.

Dengan menghadirkan momen-momen yang istimewa, anak akan belajar menghargai waktu dan menciptakan quality time bersama orang lain.

Hal ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, karena sebenarnya anak tidak menuntut banyak.

Misalnya, alih-alih bermain handphone sendiri, coba ajaklah anak Anda bertanding main game.

Atau cobalah memasak bersama anak Anda untuk ibunya. Walau rasanya mungkin berantakan di lidah, namun rasa di hati sungguh enak.

Pastikan anak menyadari bahwa ada hal lain di luar dirinya

Saat kita menyadari bahwa bumi bukanlah pusat semesta, ada pelajaran yang membuat kita menjadi lebih bijaksana.

Begitu pula jika anak menyadari bahwa dia bukanlah satu-satunya yang harus diperhatikan, maka anak akan belajar untuk berempati, toleran, dan lebih bisa menerima.

Ketika anak saya menangis karena tidak menjuarai suatu lomba, saya sampaikan bahwa hal terpenting bukanlah menjadi juara, tapi ikut bergembira, ikut serta dalam acara itu.

Anak yang merasa dirinya adalah pusat segalanya justru berpotensi menjadi pribadi yang kurang bahagia karena semua beban seolah ada di pundaknya.

Sebaliknya anak yang menganggap dirinya bagian dari hal-hal lain, akan lebih bisa menikmati hidupnya.

Mereka juga akan belajar menolong orang lain dan tidak terlalu terbebani saat mengalami kegagalan.  

Hadirlah pada acaranya, anak akan mengingatnya

Kita barangkali tidak ingat berapa skor yang kita menangkan saat bermain bola melawan tim sekolah lain, atau lagu apa saja yang kita mainkan saat tampil di panggung saat kita kecil dulu.

Namun kita pasti ingat bagaimana ayah kita berdiri di antara penonton dan memberi kita semangat.

Ingat, orang pertama yang akan dicari anak lelaki untuk menunjukkan kemampuannya atau hasil karyanya adalah ayah mereka.

Anak-anak selalu berharap ayah mereka peduli pada apa yang mereka lakukan.

Kedekatan berbeda dengan kebersamaan

Anda mungkin berada di dekat anak Anda saat dia mengerjakan PR, berjalan-jalan di mal, atau mengikuti sebuah lomba.

Namun bila Anda sibuk dengan ponsel atau hal lain, maka kehadiran Anda kurang bermakna. Anda memang “hadir”, tapi tidak “bersama” dengan mereka.

Ilustrasi

Ini hal yang cukup sulit dilakukan karena tangan kita secara otomatis meraih ponsel saat sedang tidak memegang benda lain.

Tapi bila Anda menyadari bahwa anak Anda membutuhkan kehadiran Anda secara utuh, maka mulailah mengesampingkan ponsel dan urusan lain.

Dia bau, sama seperti kita waktu kecil

Saat masih kecil anak-anak memiliki bau khas yang menggemaskan.

Namun ketika dia tumbuh lebih besar bau keringat dan jalanan akan tercium lebih tajam.

Oleh karenanya ajarilah anak untuk membersihkan dirinya, menyikat gigi, dan menggunakan wewangian setiap hari.

Mungkin orang akan maklum terhadap kondisi anak-anak yang seperti itu, tetapi kita bisa mengajarinya sebagai bagian dari menghormati dan tidak menimbulkan gangguan pada orang lain.

Ajarkan pada anak arti dan pentingnya keindahan

Penting bagi anak-anak untuk menghargai keindahan dan kecantikan dari hal-hal yang ada di sekitarnya.

Sebagai ayah kita perlu membantu anak kita memahami bahwa kecantikan bukan sekedar penampilan saja.

Ajarkan dia melihat inner beauty. Semakin dini anak kita memahami soal ini, ia akan semakin menghargai kehidupan.

Ia boleh berteman dengan siapa saja

Kebanyakan dari kita tidak berteman dengan perempuan pada masa kecil.

Teman bermain kita selalu sesama laki-laki. Akibatnya kita sering canggung berada di antara perempuan, bahkan setelah kita dewasa.

Bila hal yang sama terjadi pada anak Anda, ubahlah pola itu.

Biarlah dia mencoba bermain dengan teman-teman perempuannya seperti halnya dia berkawan dengan teman lelakinya.

Kelak itu akan menjadi bekalnya agar nyaman berada di manapun, dan dia akan berterimakasih pada kita untuk pelajaran itu.  

Jangan berkedip

Tempus fugit kata orang. Waktu itu terbang. Tanpa kita sadari, anak-anak kita sudah menjadi remaja.

Maka berikan waktu  Anda untuk setiap masa pertumbuhan anak.

Nikmatilah waktu bersama mereka, karena itulah waktu terbaik memberi anak-anak teladan bagi mana menjadi lelaki sejati.

Ilustrasi

Bagian ini agak sulit bagi para ayah yang tinggal di kota besar seperti Jakarta.

Berangkat pagi sebelum anak-anak bangun tidur, dan pulang larut setelah mereka terlelap.

Memang tanggungjawab Anda untuk mencari nafkah, tapi sempatkanlah bersama anak-anak di waktu yang memungkinkan.

Jadikanlah sedikit waktu bersama mereka sebagai waktu yang istimewa dan berkualitas.

Ajari mereka minta maaf secara tulus

Seperti kita waktu kecil, anak-anak sering kali membuat jengkel orangtuanya.

Untuk itu ajarkanlah dia minta maaf bila melakukan kesalahan yang merugikan orang lain.

Kita tentu tidak perlu memaksanya untuk minta maaf. Namun, berilah contoh, bila Anda melakukan kesalahan terhadapnya, mintalah maaf dengan tulus.

Ia tentu akan menerimanya. Dia pun akan belajar untuk melakukan hal yang sama bila menyadari tidak ada seorang pun yang sempurna.

Jadi, dengan meminta maaf, anak akan belajar dari kesalahannya, menjadi orang yang lebih baik, dan kelak akan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih indah.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "15 Cara Mendidik Anak agar Menjadi Pria Sejati", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2017/04/21/151121520/15.cara.mendidik.anak.agar.menjadi.pria.sejati?page=all.

SumberKOMPAS.com
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
101.1 fm
103.5 fm
105.9 fm
94.4 fm