SonoraBangka.id - Anda patut berbangga hati melihat suami dengan senang hati menggendong anak selama pergi ke luar rumah.
Dan sebagai istri, apalagi kesenangan lainnya jadi orangtua milenial?
Anda lahir antara tahun 1980 hingga 1995? Jika ya, maka Anda boleh berbangga.
Karena Anda termasuk golongan generasi Y, atau yang kerap disebut sebagai generasi milenial.
Mengapa harus bangga?
Ya, karena generasi milenial lah, populasi terbanyak di dunia saat ini, setidaknya menurut sensus di Amerika Serikat.
Nah, kalau begitu sebenarnya apa sajakah yang unik dari orangtua di era milenial? Begini ciri-ciri kita sebagai orangtua milenial:
1. Melek Teknologi
Kita lebih “sadar” dengan setiap hal di sekeliling kita. Selain itu, pertemanan dengan “banyak orang” di dunia maya memudahkan kita mencari tahu hal-hal sekecil apa pun.
Hal ini bisa berdampak positif maupun negatif. Namun terlalu banyak informasi kadang membuat kita bingung, harus berpatokan pada yang mana? Hal mana yang lebih benar atau tepat dilakukan?
Nah, hal inilah yang kerap menjadi dilema di kalangan orangtua milenial.
2. Peran ayah dan ibu seimbang
Sudah sepatutnya kita yakin bahwa suami istri harus sama-sama terlibat aktif dalam pengasuhan anak.
Pekerjaan rumah tangga tak lagi menjadi wilayah ibu semata, ayah juga bisa ikut serta di dalamnya.
Bahkan, semakin banyak ayah yang sadar mereka juga harus “ada” untuk anaknya.
Maka, pembagian peran seimbang di rumah menjadi solusi untuk meluangkan waktu bersama anak.
3. Work-life balance
Itu penting, mengingat kedua orangtua yang bekerja, maka membagi waktu antara pekerjaan dan anak menjadi prioritas.
Pada hari kerja, kita cenderung lebih produktif di kantor supaya bisa pulang tepat waktu dan mengurus anak.
Sementara di akhir pekan, jika bisa, kita memilih untuk mematikan handphone dan mengabaikan e-mail, hanya agar mendapatkan waktu berkualitas bersama anak. Ingat, anak dan keluarga nomor satu!
4. Mementingkan kehidupan sosial
Khusus di dunia maya, kita cenderung senang berbagi apa pun di media sosial.
Karena itu, kita pun memberikan perhatian lebih pada apa yang orang lain pikirkan tentang posting atau pengalaman pengasuhan kita.
Kadang kita jadi lebih khawatir apa penilaian orang pada cara kita mengasuh anak, ketimbang memikirkan apakah itu sudah tepat atau belum bagi anak
5. Nilai tradisional
Bukan karena ingin terlihat old-fashioned, tetapi karena kita meyakini nilai tradisi itu masih layak diturunkan kepada anak.
Nilai-nilai tradisi itu yang memberikan anak akar pada budaya dan tanah kelahirannya.
Jadi, memang banyak nilai yang ingin tetap kita teruskan dan tanamkan kepada anak kita.
6. Meluangkan waktu untuk diri sendiri
Jika orangtua zaman dulu cenderung mendedikasikan seluruh waktu untuk anak, tidak demikian dengan kita.
Kita berusaha keras tetap bisa meluangkan waktu untuk diri sendiri alias “me time.”
Menjadi orangtua bukan berarti kita tak sempat membuat “pelarian sejenak” dari rutinitas harian.
Lalu, bagaimana dengan kita yang lahir sebelum tahun 1980?
Tenang. Karena pada kenyataannya orangtua milenial bukanlah melulu terpaku pada klasifikasi tahun lahir (usia).
Tapi, banyak pula orangtua dari Gen-X yang bisa dibilang millennial parents.
Setidaknya mereka menjadi orangtua yang membesarkan anak di era milenial. Jadi, tetaplah berbangga. (*)