SonoraBangka.id - Beberapa bulang yang lalu unggahan di media sosial ramai membicarakan tentang Imposter Syndrome.
Salah satu unggahan di Twitter tentang ini memperoleh banyak tanggapan dan menjadi viral.
Nah, hal ini bisa saja terjadi pada mereka yang sedang meniti karier dan mulai naik tingkat lebih senior.
Perasaan tidak percaya diri dan merasa ketakutan kita kurang cukup baik adalah salah satunya.
Kondisi itu disebut dengan sindrom imposter. Sindrom ini juga telah diakui sebagai masalah mental dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) atau panduan resmi penyakit mental.
"Sindrom ini merajalela di kalangan wanita yang sukses. Banyak yang mempertanyakan kemampuan mereka dan berpikir keberhasilan apa pun adalah kebetulan," kata Jillian Parekh, yang memiliki gelar dalam konseling psikologi, analisis konflik dan manajemen.
Menurut Psikolog Adityana Kasandra Putranto, sindrom imposter termasuk gangguan cemas.
"Kalau dalam klasifikasi diagnosa psikologi, masuknya gangguan cemas," ujar Kasandra saat dihubungi Kompas.com, Jumat (3/7/2020).
Wanita bekerja yang mengalami sindrom ini akan mengecilkan kesuksesan mereka, terlalu banyak mengonsumsi informasi untuk merasa tahu lebih banyak, dan terus-menerus memperbaiki pekerjaan untuk memastikan yang dilakukannya "cukup baik".
Kadang-kadang ini menyebabkan mereka bekerja berlebihan dan kelelahan (burnout).
Jika kita memiliki tanda-tanda tersebut, ada cara untuk membantu kita membangun kembali harga diri, serta kepercayaan diri untuk mengejar prestasi.
1. Mengukur sindrom imposter
Mulailah dengan mengikuti tes seperti Clance IP Test untuk melihat di mana peringkat dan sejauh mana kita menderita sindrom imposter.
Tes tersebut dirancang untuk mengukur ketakutan seseorang akan evaluasi, takut tidak dapat mengulangi kesuksesan, dan takut kurang mampu daripada yang lain.
Jangan terkejut dengan seberapa banyak kita berhubungan dengan skenario yang diilustrasikan.