"Di sana (Tuban), warganya mendapat ganti untung dari PT Pertamina dan di sini kami juga sama dapat ganti untung dari pembangunan Waduk Kuningan," ucapnya saat mengawali perbincangan dengan Tribuncirebon.com, Jumat (19/2/2021).
"Ketiga persen itu dari bidang tanah milik warga yang belum dapat ganti untung dan alasan itu dari administrasi serta menunggu keuangannya dari pemerintah juga," ujarnya.
Sejak mendapat keuntungan bak ketiban durian, kata Kusto, warga banyak menggunakan uang itu untuk hal-hal konsumtif.
Ini bisa dibuktikan dengan pembelian unit mobil dan motor.
"Dalam setiap hari, ada 30 unit motor dengan berbeda merek itu dibeli warga kami. Mayoritas motor gede matic seperti NMax atau PCX yang menjadi idola warga kami," ujarnya.
Melihat perilaku warga, kata dia, tentu menjadi suka dan duka.
Terlebih dengan program pemerintah yang memaksa warga dan pemerintah desa harus hengkang dari sini.
"Iya Kang, sukanya melihat warga senang bisa punya keinginan. Seperti ada yang beli motor, beli tanah, dan beli perhiasan dan lainnya.
Namun, dukanya juga bisa dibayangkan ketika kami harus pindah domisili dan ini dirasakan warga kami semua tanpa kecuali," ujarnya.
Total kendaraan baru, baik roda dua maupun roda empat, ia mengaku sudah ada sebanyak 300 unit kendaraan baru, motor khususnya.
Hal itu terbukti dengan satu keluarga atau satu rumah membeli lebih dari satu motor.
"Iya dalam satu rumah warga kami, motor baru itu ada yang dua, tiga atau lebih dari itu. Kejadian ini sudah berjalan dan pemberian ganti untung beberapa waktu lalu," kata Kusto.
Ia menambahkan jumlah Kepala Keluarga di desanya itu ada sekitar 300 KK.
"Iya jumlah KK di sini hanya tiga ratusan dan jumlah jiwa di sini ada sekitar 1.300an jiwa," ucapnya.