SonoraBangka.id - Di tengah pandemi Covid-19, bisnis rumahan menjadi salah satu jalan keluar utama bagi banyak orang dengan berbagai alasan.
Memang, di saat pandemi seperti saat ini, banyak memukul kondisi ekonomi masyarakat.
Mulai dari menopang ekonomi keluarga, menambah penghasilan maupun untuk menyambung hidup akibat kehilangan pekerjaan.
Meski terbilang bisnis skala kecil, namun bukan berarti tak memerlukan strategi.
Ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan agar bisnis yang dijalani tak sekadar bisa memberi tambahan penghasilan, tetapi juga bisa bertahan lama.
Penulis buku "Jalan Buat Napas", Raiy Ichwana menyebutkan ada beberapa hal kunci yang perlu diperhatikan ketika seseorang mau memulai bisnis rumahan.
Mulai dari hal yang sudah banyak diketahui, seperti menyiapkan modal dan komitmen, hingga pentingnya membuat merek dagang.
Adapun buku yang dirilis dalam format digital tersebut terinspirasi dari kisah-kisah para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM) yang mendadak merangkai merek dagang dan jasa untuk bisnisnya di masa pandemi.
Beberapa tips memulai bisnis rumahan tersebut, di antaranya:
1. Menyiapkan modal
Setiap bisnis tentu memerlukan modal. Modal yang dimaksud bukan hanya uang, tetapi juga pemahaman tentang bisnis yang akan dijalani.
Menurut Raiy, berdasarkan riset yang dilakukannya ke para pelaku UMKM dadakan, pelaku UMKM harus tahu betul tentang segmentasi konsumennya, bukan asal memilih bisnis.
"Modal minim kalo kita paham segmen dagangan yang ingin kita jangkau pasarnya, pasti oke-oke saja," ungkapnya kepada Kompas.com.
2. Berkomitmen dan konsisten
Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan ketika seseorang baru memulai bisnis dan membuat bisnisnya tidak bertahan lama adalah kurangnya komitmen.
Ketika memutuskan untuk memulai bisnis, pastikan kamu siap mengurus segala tantangan yang dihadapi, termasuk meluangkan waktu dan tenaga.
Tanpa komitmen, bisnis bisa saja tersendat di tengah jalan atau berhenti, bahkan sebelum kamu sempat balik modal.
"Sekalipun bos atau owner yang meng-hire jasa konsultan atau memperkerjakan karyawan, tetap harus punya waktu untuk memantau dan berdiskusi soal peta bisnisnya mau dibawa kemana di masa pandemi seperti ini," kata penulis yang juga melahirkan novel Senggang dan Gama itu.
Lalu, bagaimana jika pelaku UMKM memiliki pekerjaan lain atau juga menjadi ibu rumah tangga?
Pastikan kamu menyusun pembagian tugas dengan baik, sehingga tidak ada pekerjaan yang terbengkalai, termasuk bisnismu.
"Soal membagi waktu bagi yang kerja bisa difokuskan saat weekend untuk mantau bisnisnya kalau weekday terlalu full aktivitasnya."
"Kalau IRT mungkin bisa membuat to-do-list soal aktivitas yang dilakukan di kesehariannya, di situ bisa dicatat jam berapa sampai jam berapa atau hari apa untuk cek bisnisnya," ungkap Raiy.
Selain itu, penting untuk memisahkan kontak pribadi dengan kontak bisnis, sehingga pelaku UMKM tidak repot ketika berkontak dengan klien dan mitra bisnis di tengah kesibukannya dengan aktivitas lain.
Selain itu, konsistensi menjadi lanjutan dari komitmen ini.
Raiy menyebutkan kasus salah satu narasumber yang ditemuinya saat riset.
Pelaku UMKM tersebut sebetulnya memiliki modal besar, lahan yang strategis dan stok produk yang mumpuni, namun kurang konsisten dalam mengelola bisnisnya.
"Saat bisnisnya sudah ada, dia tidak konsisten dalam mengelola. Baru buka satu bisnis sudah mencoba bikin bisnis baru lagi."
"Akhirnya keteteran dan terabaikan. Jadi kurang terurus bisnisnya," ungkap Raiy.
3. Kreatif membuat merek
Sekecil apapun bisnis yang akan kamu mulai, merek atau brand tetaplah diperlukan.
Terlebih tren bisnis di masa pandemi semakin beralih ke ranah online.
Selain merek, penting pula untuk memiliki akun media sosial untuk memperkenalkan merek atau logo dagangan, sekaligus menjadi media berkomunikasi dengan konsumen.
Menurut Raiy, merek tersebut tak harus dibuat rumit tetapi idealnya mudah diingat.
Meski terdengar sederhana, namun membuat merek yang "catchy" juga tidak mudah dan perlu unsur kreativitas.
"Nama merek harus unik, kreatif, mengandung sisi emosi dan yang penting, belum dipakai sama pihak lain," ungkap penulis yang juga berprofesi sebagai konsultan bisnis.
4. Tidak buru-buru mencari untung
Kesabaran dan mengikuti proses adalah bagian yang harus dijalani ketika memulai bisnis.
Semua orang yang berbisnis pasti ingin untung, namun jangan terburu-buru ingin mendapatkan banyak keuntungan sejak awal.
Ini, kata Raiy, adalah salah satu kesalahan umum yang kerap ditemuinya pada beberapa pelaku UMKM.
Sikap itu pada akhirnya membuat bisnis yang baru dijajal jadi sulit untuk bertahan dalam waktu yang panjang.
"Padahal namanya berbisnis pastinya bukan proses yang instan." "Jadi, kalau pelaku UMKM dadakan tidak konsisten dan tidak sabar, maunya cepat untung tanpa jalanin proses, ya siap-siap saja ambyar," tuturnya.
Nah, untuk buku "Jalan Buat Napas" dibanderol seharga Rp 80.000 dan dapat dipesan melalui Tokopedia atau Instagram @semestasenggangofficial.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Tips Memulai Bisnis Rumahan di Masa Pandemi", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/02/21/201543320/4-tips-memulai-bisnis-rumahan-di-masa-pandemi?page=4.