2. Memanfaatkan data
Sekadar mengikuti tren pasar saja belum akan memberikan kita hasil maksimal dalam menjalankan bisnis baju muslim atau pun jenis bisnis lainnya.
Oleh karena itu, Elidawati menyarankan para pelaku bisnis untuk juga banyak mengumpulkan data dan menganalisa kebutuhan pasar berdasarkan data-data tersebut.
Sehingga, ketersediaan koleksi baju muslim dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Saat ini, data sangat mudah didapatkan dan bahkan sudah tersedia cukup lengkap di internet.
"Data itu bisa menjadi pedoman. Kalau data-data ini tidak dihiraukan, sering kali akan buntu di inventory," ucapnya.
3. Memanfaatkan platform online
Saat ini ada banyak platform online yang dimanfaatkan sebagai tempat memasarkan produk atau penunjang.
Meski jualan secara online sudah sangat umum, namun kenyataannya tidak sedikit penjual yang masih berjualan secara offline.
Menurut Direktur Akses Pembiayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hanifah Makarim, enggan beralih ke penjualan secara digital akan membuat pelaku bisnis, termasuk bisnis baju muslim, akan tertinggal.
Terutama bagi pelaku-pelaku bisnis yang sebelumnya hanya berjualan secara offline saja.
Bukan berarti penjualan harus 100 persen dilakukan secara online. Namun, penjualan online ini bisa sebagai penunjang.
"Nanti pada saat situasi kembali normal (dari pandemi), penjualan bisa tetap berjalan. Offline dan online tetap bisa berjalan berbarengan," kata dia.