Dengan mengurangi hormon stres dan mengatur fungsi sistem saraf otonom, bersyukir dapat secara signifikan mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Dengan praktik bersyukur, kita bisa mengatasi stres dengan lebih baik.
Mengakui dan menghargai hal-hal kecil dalam hidup akan dapat mengubah otak untuk menghadapi keadaan sekarang dengan lebih banyak kesadaran dan fleksibilitas.
Para ilmuwan menemukan bahwa dengan mengaktifkan pusat penghargaan di otak, pertukaran rasa syukur mengubah cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri.
Otak dikondisikan untuk mengulangi pola yang dipelajari.
Misalnya, seseorang yang terus-menerus mengkhawatirkan hasil yang merugikan mungkin secara tidak sadar mengatur ulang otaknya untuk memproses sebagian besar informasi negatif.
Di sisi lain, dengan mempraktikkan rasa syukur secara proaktif, kita dapat melatih otak untuk juga memperhatikan emosi dan pikiran positif, sehingga mengurangi kecemasan dan perasaan khawatir serta cenderung melakukan perilaku yang bermanfaat dan berharga.
Agar otak terlatih untuk bersyukur, kita harus berlatih mempraktikannya dan menguatkannya, sama seperti kita mempelajari keterampilan tertentu.
Memang, sebuah cara tidak selalu berhasil untuk setiap orang dan kita perlu menemukan metode yang paling efektif untuk diri kita sendiri.
Namun, jika kamu masih bingung, lima praktik bersyukur berikut bisa kamu coba terapkan.
1. Tulis pesan berterima kasih
Dalam buku "Upward Spiral", sang penulis Alex Korb menyebutkan bahwa rasa syukur memaksa kita untuk fokus pada sisi positif kehidupan.
Ketika kita memberi dan menerima ucapan terima kasih, otak secara otomatis diarahkan untuk fokus pada apa yang kita miliki.
Kamu bisa secara khusus menentukan satu hari sebagai hari bersyukur. Misalnya, hari Jumat.