SonoraBangka.id - Mempraktikkan rasa syukur dapat membantu memperluas perspektif dan melihat sesuatu secara lebih luas, meningkatkan pandangan positif dan kesejahteraan, serta meningkatkan kepercayaan diri dan hubungan kita dengan orang lain.
Ya, bersyukur adalah kata yang sederhana namun tidak mudah untuk dipraktikkan.
Di saat-saat seperti ini, ketika segala sesuatunya terasa tidak pasti, praktik bersyukur dapat membantu kita lebih stabil.
Dalam psikologi positif, rasa syukur adalah cara manusia mengakui hal-hal baik dalam hidup.
Meski tidak mudah, rasa syukur adalah sesuatu yang bisa dipelajari jika memang kita tidak memilikinya secara bawaan.
Lebih bahagia dan sehat secara fisik
Michelle P. Maidenberg, Ph.D., MPH, LCSW-R, CGP, seorang asisten profesor pascasarjana Praktik Kesadaran di Universitas New York sekaligus Presiden dan Direktur Klinis Thru My Eyes Foundation menulis melalui laman Psychology Today tentang manfaat dari praktik bersyukur, terutama di saat stres dan periode yang penuh ketidakpastian.
Bersyukur dapat mengundang emosi positif yang dapat memiliki manfaat fisik, melalui sistem kekebalan tubuh dan/atau endokrin.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita memikirkan tentang apa yang kita apresiasi, bagian parasimpatis atau bagian sistem saraf yang menenangkan akan terpicu dan memberi manfaat perlindungan bagi tubuh, termasuk penurunan kadar hormon stres kortisol dan peningkatan oksitosin, hormon pengikat yang terlibat dalam hubungan yang membuat kita merasa nyaman.
Sejumlah penelitian tentang bersyukur dan apresiasi menemukan bahwa partisipan yang merasa bersyukur menunjukkan tingkat kortisol yang lebih rendah, memiliki fungsi jantung yang lebih baik, serta lebih tahan terhadap kemunduran emosional dan pengalaman negatif.
Dengan mengurangi hormon stres dan mengatur fungsi sistem saraf otonom, bersyukir dapat secara signifikan mengurangi gejala depresi dan kecemasan.
Dengan praktik bersyukur, kita bisa mengatasi stres dengan lebih baik.
Mengakui dan menghargai hal-hal kecil dalam hidup akan dapat mengubah otak untuk menghadapi keadaan sekarang dengan lebih banyak kesadaran dan fleksibilitas.
Para ilmuwan menemukan bahwa dengan mengaktifkan pusat penghargaan di otak, pertukaran rasa syukur mengubah cara kita memandang dunia dan diri kita sendiri.
Otak dikondisikan untuk mengulangi pola yang dipelajari.
Misalnya, seseorang yang terus-menerus mengkhawatirkan hasil yang merugikan mungkin secara tidak sadar mengatur ulang otaknya untuk memproses sebagian besar informasi negatif.
Di sisi lain, dengan mempraktikkan rasa syukur secara proaktif, kita dapat melatih otak untuk juga memperhatikan emosi dan pikiran positif, sehingga mengurangi kecemasan dan perasaan khawatir serta cenderung melakukan perilaku yang bermanfaat dan berharga.
Agar otak terlatih untuk bersyukur, kita harus berlatih mempraktikannya dan menguatkannya, sama seperti kita mempelajari keterampilan tertentu.
Memang, sebuah cara tidak selalu berhasil untuk setiap orang dan kita perlu menemukan metode yang paling efektif untuk diri kita sendiri.
Namun, jika kamu masih bingung, lima praktik bersyukur berikut bisa kamu coba terapkan.
1. Tulis pesan berterima kasih
Dalam buku "Upward Spiral", sang penulis Alex Korb menyebutkan bahwa rasa syukur memaksa kita untuk fokus pada sisi positif kehidupan.
Ketika kita memberi dan menerima ucapan terima kasih, otak secara otomatis diarahkan untuk fokus pada apa yang kita miliki.
Kamu bisa secara khusus menentukan satu hari sebagai hari bersyukur. Misalnya, hari Jumat.
Pada hari tersebut kamu bisa jeda sejenak merenungkan apa yang telah terjadi pada hari-hari sebeluknya, sekaligus merenungkan pekan depan.
Setiap minggunya, kamu juga bisa menunjuk satu orang dari daftar kontakmu untuk mengirimkannya ucapan terima kasih atas sesuatu yang pernah mereka lakukan, yang mungkin sejalan dengan nilai-nilai dan perilaku yang kini kamu yakini.
2. Buat jurnal bersyukur
Di toko online, kamu mungkin bisa menemikan banyak orang menjual jurnal bersyukur yang dicetak secara khusus dengan petunjuk yang bijaksana dan penuh perhatian.
Jurnal ini membantu menjaga agar proses bersyukir menjadi lebih bervariasi, interaktif, dan menarik.
Menulis jurnal bersyukur dapat kamu dilakukan di penghujung hari sebelum tidur dan membuatnya menjadi praktik yang konsisten.
Kamu tak harus melakukannya sendiri melainkan bisa mengajak pasangan, anak atau temanmu untuk melakukannya bersama.
Menulis jurnal bersyukur bersama orang lain akan meningkatkan kemungkinan kebiasaan itu berlanjut, karena setiap orang dapat saling mengingatkan.
3. Mengembalikan atau memberi kebaikan
Ini perlu dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, jangan hanya ketika menghadiri acara tertentu, misalnya.
Tentu tak ada salahnya memberikan kebaikan yang akan terus berlangsung ke depannya, namun perlu dipakukan dengan sengaja dan strategis.
Misalnya, jika kamu mendapatkan uang Rp 200.000 setiap ulang tahun, ayahmu memneri syarat untuk memberikan Rp 10.000 untuk aktivitas amal.
4. Bersabar dan memperhatikan
Bersyukur adalah keterampilan yang dapat dikembangkan dan diperkuat dengan praktik kesadaran.
Ketika kita mengambil waktu untuk berhenti sejenak, berada di saat sekarang dan memperhatikan semua yang telah kita berikan pada diri sendiri, kita dapat lebih mudah memanfaatkan apa yang kita syukuri.
Ada banyak penelitian tentang manfaat fisiologis dan psikologis dari praktik kesadaran.
Manfaat kesehatan psikologis seperti membantu mengurangi kecemasan, depresi, perenungan, dan reaktivitas emosional.
Praktik kesadaran juga membantu meningkatkan kesehatan fisik seperti dengan meningkatnya fungsi sistem kekebalan tubuh, kualitas tidur dan tekanan darah.
Melatih kesadaran bisa dilakukan dengan mengamati lingkungan sekitar kita, tubuh dan meditasi.
Ada pula beberapa aplikasi kesadaran yang bisa digunakan, seperti Insight Timer, Headspace, Ten Percent Happier, Calm, Stop, Breathe and Think, dan lainnya yang dapat memandu kita melakukan meditasi, memberikan suara-suara alam dan meditasi instrumental, serta podcast dan kursus.
Kamu juga bisa mempraktikkan berbagai aktivitas berbasis kesadaran, seperti yoga, tai chi, terapi kognitif berbasis kesadaran, dan meditasi.
5. Sadar dalam membandingkan
Pikiran kita berusaha mati-matian untuk melindungi kita dengan cara apa pun.
Pikiran kita akan kembali ke masa lalu untuk melindungi kita dari kesalahan berulang dan mengingatkan kita tentang apa yang perlu kita ubah.
Kondisi ini juga akan membuat kita melakukan perbandingan tentang bagaimana kita "seharusnya" dan meminta pertanggungjawaban sehingga kita bisa merasa nyaman.
Sisi negatifnya, kondisi tersebut seringkali membuat kita merasa insecure dan merasa kurang.
Pada akhirnya, kita harus menjadi titik acuan untuk diri kita sendiri, karena masing-masing individu unik dan memiliki fungsi berbeda.
Kita bisa mencoba menjadi lebih baik dari diri kita di masa lalu, bukan menjadi lebih baik dari orang lain.
Ketika kita menyadari sedang membandingkan diri kita dengan orang lain, kita bisa perlahan kembali ke diri sendiri dan bertanya, "aku ingin menjadi apa?" “aku ingin menjadi siapa?” hingga "seperti apa diriku yang terbaik?"
Nah, agar bersyukur atas apa yang kita miliki dan akan menjadi siapa kita di masa depan jika berkembang, ulangi pertanyaan-pertanyaan ini sepanjang hari untuk mengembalikan pikiran kita.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bersyukur, Bikin Bahagia Sekaligus Menyehatkan Fisik", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/18/131703120/bersyukur-bikin-bahagia-sekaligus-menyehatkan-fisik?page=all.