Memori yang menyakitkan itu tidak akan pernah hilang. Jadi, kita perlu untuk menerima dan memprosesnya.
Trauma memang membuat kita malu dan cenderung untuk menghindarinya. Namun, jika kita membiarkannya, sama saja kita sedang berada di pusaran lubang hitam.
Semakin masuk ke pusaran itu, semakin itu tidak akan selesai, dan kita tidak akan keluar. "Ini semua memang sulit.
Kita tidak bisa melupakan memori tersebut begitu saja. Itu sebabnya, kita perlu bantuan orang yang profesional untuk membantu kita."
"Belajar untuk melihat trauma kembali itu hal yang sulit. Namun, proses akan mebawa kita untuk dealing dengan trauma dan memori-memori yang tidak kita sukai tersebut."
2. Intervensi sedini mungkin
Mariana memberikan pesan khusus untuk orangtua, jika anak-anak mengalami trauma dengan gejala-gejala yang telah ada, jangan dibiarkan.
Karena, jika dibiarkan, bisa saja menyebabkan gangguan mental yang lainnya.
Intervensi trauma biasanya dilakukan dengan sandplay therapy, play therapy, reality therapy/CBT/ACT, creative/expressive art interventions, medication, dan brain spotting.
3. Temukan support system atau pendukung diri
Temukan seseorang yang bisa mendukung kita, memberi semangat pada kita dalam menjalani proses penyembuhan terhadap trauma ini.
Tetapi, sebaiknya jika support system tersebut berasal dari keluarga atau orang terdekat kita. "Intinya kita harus hadapi itu," tutup Mariana.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Cara Menerima dan Mengatasi Trauma Masa Lalu", Klik untuk baca: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/03/27/083421920/3-cara-menerima-dan-mengatasi-trauma-masa-lalu?page=all.